PEKANBARU, KOMPAS.com — Konflik antara manusia dan satwa langka yang dilindungi kembali terjadi di Riau. Kali ini korbannya seekor gajah yang ditemukan membusuk dengan kepala hancur di Desa Petani, Kecamatan Mandau, Duri. Diduga, gajah itu dibantai karena belalainya ditemukan terpisah dan tidak ada lagi gading di kepalanya.
Dua pekan sebelumnya, berita di koran lokal menyebutkan, penduduk setempat akan melakukan "pembalasan" terhadap gajah yang merusak kebun mereka apabila pemerintah tidak mengusir gajah-gajah tersebut.
Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau Trisnu Danisworo yang dihubungi Rabu (24/3/2010) mengatakan, kematian gajah itu diperkirakan akhir pekan lalu. Namun, penyebab kematian, jenis kelamin, dan usia gajah itu belum diketahui.
"Tim saya sudah berada di lokasi, tetapi belum ada laporan tentang jenis kelaminnya. Kami juga belum mendapat laporan apakah gajah itu masih berusia anakan, remaja, atau dewasa," ujar Trisnu.
Desa Petani merupakan salah satu wilayah yang paling sering dilintasi gajah di wilayah Riau. Diperkirakan masih ada sekitar 40 gajah yang sering berkeliaran di Desa Petani, Desa Balai Makam, dan Suaka Margasatwa Balai Raja.
Sekitar 20 tahun lalu, kawanan hewan bertubuh tambun itu masih menempati Suaka Margasatwa Balai Raja yang merupakan hutan lindung seluas 16.000 hektar. Setelah booming CPO dan berkembangnya perkebunan kelapa sawit di Riau, sedikit demi sedikit jumlah suaka itu berkurang dan saat ini kawasan lindung tersebut nyaris hilang karena hanya tersisa sekitar 300 hektar lagi. Kini kawasan Suaka Margasatwa Balai Raja sudah berubah menjadi perkebunan kelapa sawit, permukiman, dan perkantoran.
Tujuh ekor
Berdasarkan catatan Kompas, pertengahan tahun lalu sedikitnya tujuh gajah mati di Riau dalam waktu hampir bersamaan. Pada 7 Mei 2009 ditemukan dua gajah—milik Pusat Latihan Gajah Minas, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau—mati dibunuh, untuk diambil gadingnya.
Pada 28 Mei, 1 Juni, dan 4 Juni 2009, secara berturut-turut, ditemukan empat gajah mati di areal PT Rimba Peranap Indah (RPI), Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan, Riau.
Satu lainnya, gajah peliharaan PT Arara Abadi juga mati. Gajah itu dibantai untuk diambil gadingnya. Berdasarkan uji laboratorium veteriner Bukittinggi, kawanan gajah itu sebelum mati memakan pelepah kelapa sawit dan umpan nanas yang sudah diolesi racun jenis organofosfor.
Menurut Trisnu, BKSDA Riau cukup kesulitan merelokasi gajah-gajah itu. Namun, untuk mengurangi konflik gajah dengan manusia, pihaknya akan menurunkan tim gajah jinak guna mengusir gajah-gajah di Desa Petani untuk menjauh dari perkampungan.
Juru bicara WWF Riau, Syamsidar, menyayangkan kematian gajah akibat konflik dengan manusia. Menurut dia, konflik gajah dan manusia di Duri akan terus terjadi selama tidak ada lokasi khusus untuk penampungan gajah-gajah itu. (SAH)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.