Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serbuan Dokter Asing?

Kompas.com - 01/02/2010, 06:21 WIB

Anda benar, sebagian masyarakat kita juga masih beranggapan dokter asing mempunyai kemampuan yang lebih dibandingkan dengan dokter Indonesia. Tampaknya informasi tentang kemampuan layanan kedokteran kita tenggelam dalam hiruk-pikuk pemberitaan tentang kekurangan rumah sakit atau kelalaian dokter.

Jumlah dokter di Indonesia mencapai sekitar 80.000 orang, tersebar di seluruh Indonesia. Negeri kita pernah dijadikan salah satu contoh layanan kesehatan yang merata. Namun dengan semakin berkurangnya tenaga dokter yang bekerja di puskesmas di daerah terpencil, maka pemerataan kesehatan kita semakin berkurang. Banyak daerah terpencil yang belum menikmati layanan dokter.

Mutu pendidikan kedokteran kita sebenarnya cukup baik. Banyak mahasiswa asing yang menjalani pendidikan kedokteran di fakultas kedokteran di Indonesia. Jika tak dibatasi, setiap tahun jumlah mereka semakin besar. Jika mahasiswa kedokteran atau dokter kita mendapat pendidikan atau pelatihan di luar negeri, biasanya prestasi mereka juga dapat dibanggakan.

Namun, sistem pelayanan kesehatan kita masih harus disempurnakan. Kecenderungan masyarakat berobat ke dokter spesialis menyebabkan dokter spesialis tertentu kebanjiran pasien yang berpotensi mengurangi ketelitian dokter-dokter tersebut dan sudah tentu juga mengurangi kesempatan berkomunikasi. Masyarakat seharusnya pandai memilih rumah sakit atau dokter berdasarkan kemampuannya bukan karena ketenarannya.

Selain itu, sistem pembiayaan kesehatan kita juga harus semakin diperkuat sehingga masyarakat tak harus membayar langsung dari kantong mereka jika sakit.

Sebagai bangsa Indonesia, kita harus bersatu untuk ikut memajukan layanan kesehatan kita. Kita semua harus mempunyai rasa memiliki dan memelihara rumah sakit kita agar dapat tetap berfungsi dengan baik, terjamin kebersihan dan kenyamanannya. Kesadaran untuk meningkatkan mutu layanan rumah sakit telah menjadi tekad rumah sakit swasta maupun pemerintah.

Jika berkunjung ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Anda akan merasakan perubahan, baik di poliklinik maupun di ruang perawatan. Perubahan tersebut tidak hanya terjadi pada gedung baru atau renovasi gedung, tetapi juga pada tanggung jawab pelayanan. Setiap pasien yang dirawat di rumah Sakit Cipto Mangunkusmo mempunyai dokter penanggung jawab yang merupakan dokter spesialis yang sesuai dengan penyakitnya. Waktu layanan poliklinik lebih panjang dan dokter penanggung jawab memeriksa pasien yang dirawat secara teratur.

Tidak hanya di kota besar, sekarang banyak rumah sakit daerah yang juga sudah berubah. Lihatlah Rumah Sakit Wahab Syahrani di Samarinda atau Rumah Sakit Madiun. Rumah sakit daerah tersebut juga telah mampu memberikan layanan yang baik dan nyaman serta terjangkau. Jika kita terus-menerus meningkatkan kemampuan dan kenyamanan ini, kita sebenarnya tak perlu khawatir dengan kehadiran dokter asing.

Namun, seperti juga di bidang lain, masyarakat kita harus mempunyai rasa keberpihakan pada produk dan jasa anak negeri. Janganlah membeli produk luar negeri sekadar karena lebih murah, kita harus mengutamakan produk dalam negeri. Instansi pemerintah sebagai tokoh panutan dapat menjadi pelopor dalam menggalakkan penggunaan produk dalam negeri.

Mudah-mudah bank-bank badan usaha milik negara tidak lagi menjanjikan hadiah mobil mewah buatan luar negeri atau wisata ke luar negeri, tapi memberikan hadiah yang lebih bermanfaat bagi masyarakat serta hadiah tersebut hendaknya buatan dalam negeri pula.

Penduduk kita yang 240 juta jiwa merupakan pasar yang potensial, marilah kita adakan pasar tersebut untuk menggerakkan industri dalam negeri. Kita perlu mengubah sikap dari bangsa yang hanya pandai memakai dan membeli menjadi bangsa yang mampu memproduksi sendiri kebutuhan masyarakat kita.

Semoga ancaman serbuan dokter asing tidak akan menimbulkan ketakutan, tapi sebaliknya merangsang kita untuk menumbuhkan jasa layanan kesehatan di Indonesia yang baik dan terjangkau.

DR Samsuridjal Djauzi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com