Direktur Inisiatif Iklim Global WWF Kim Carstensen menyebut konferensi Kopenhagen tinggal beberapa inci dari "gagal". Persetujuan itu terlalu lemah untuk mengatasi dampak mengerikan perubahan iklim. "Kopenhagen berada di tepi kegagalan akibat kepemimpinan yang lemah dikombinasikan dengan ambisi yang tak meyakinkan," ujarnya.
Fitrian Ardiansyah dari WWF Indonesia, yang mengikuti persidangan dua pekan, menilai hasil itu tidak maksimal dan sulit mencegah dampak perubahan iklim. Padahal, Indonesia punya kesempatan menunjukkan kepemimpinan untuk mengubahnya menjadi kesepakatan lebih kuat sekaligus membuktikan bahwa komitmen Presiden RI dapat ditransformasi dan diterapkan secara domestik.
Koordinator Civil Society Forum for Climate Justice Giorgio B Indiarto yang baru pulang dari Kopenhagen mengatakan, ”Itu kemunduran signifikan untuk rezim perubahan iklim. Persetujuan itu tidak disepakati semua negara dan cenderung menyimplifikasi masalah. Itu hanya pengisi celah, daripada tanpa hasil.
Di lain pihak, secara umum, kepentingan Indonesia terwakili dalam semua butir keputusan yang dihasilkan. "Semua tertampung di dalamnya," kata Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa.
Marty mengakui, keputusan politis Persetujuan Kopenhagen tidak seambisius harapan beberapa negara. "Tanpa keputusan di sini, tak ada momentum politis sebelum COP-16," katanya.
Di sisi pendanaan, negara maju setuju pendanaan Rp 300 triliun (sekitar 30 miliar dollar AS) untuk 2010-2012 bagi mitigasi dan adaptasi, termasuk kehutanan. Jumlah itu akan bertambah menjadi 100 miliar dollar AS per tahun pada tahun 2020. (ISW)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.