Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orangtua Kok Takut Melarang Anak

Kompas.com - 26/11/2009, 09:38 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Kini makin banyak orangtua yang takut anaknya marah. Malah ada yang tidak  menegakkan peraturan karena takut anaknya.

Siang itu Pak Johan sangat jengkel dan ingin marah, tetapi tidak tahu harus marah kepada siapa. Tidak satu pun orang di kantor yang patut ia marahi. Ia baru saja menerima telepon dari rumah dan tiba-tiba hatinya jadi kesal.
Sebenarnya ia tahu persis bahwa yang menyebabkan kemarahannya adalah Alex, anak laki-lakinya. Pagi tadi ketika Pak Johan sedang bersiap-siap berangkat ke kantor, Alex menghadang di pintu kamar Pak Johan.

Dengan wajah kusut karena baru turun dari tempat tidurnya, ia mengatakan pada Pak Johan bahwa siang nanti ia bersama dua temannya akan pergi ke Lampung bersepeda motor. Katanya ia sudah memberitahu ibunya tadi malam, dan ia minta agar Pak Johan memberinya bekal uang Rp300 ribu rupiah.

Terus terang Pak Johan tidak setuju, dan terjadi perdebatan yang agak keras. Pak Johan sempat marah karena menganggap pemberitahuan Alex sangat mendadak. Alasan kedua, karena tidak jelas apa yang akan mereka lakukan di Lampung, dan samping itu saat untuk kembali masuk sekolah sudah mendekat.

Sebagaimana biasanya Alex tidak pernah menyerah, dan entah bagaimana pagi itu Pak Johan akhirnya meminta Bu Johan untuk memberikan uang sebesar yang diminta. Dan sambil mengomel sendiri ia berangkat ke tempat kerja.
Bu Johan mencemaskan keselamatan anaknya. Ia pun kurang senang karena anaknya akan bepergian dengan teman-teman yang bukan dari sekolahnya. Pertemuan itu pun menimbulkan perdebatan panjang, yang berakhir dengan komentar Bu Johan: “Terserahlah, Ibu sudah tidak bisa mengatur kamu sama sekali. Kalau berani minta sana sama ayahmu.”

Nampaknya kekhawatiran dan keberatan sang Ibu tidak menjadi halangan bagi Alex untuk menemui ayahnya, terutama untuk mendapatkan bekal uang, esok paginya. Hari itu setelah makan siang, dan berpamitan pada ibunya, Alex berangkat dengan kedua temannya. Ia tak lupa menelepon ayahnya di kantor.

Lebih Kritis
Alex bukan anak tunggal keluarga Pak Johan. Masih ada dua adik lainnya yaitu Lila dan Denny. Tidak hanya dalam menghadapi Alex, Pak dan Bu Johan merasa kewalahan (hilang akal). Mereka juga menemui kesulitan ‘mengendalikan’ Lila.

Rasa kewalahan yang dialami Pak dan Bu Johan terutama makin meningkat setelah kedua anak tersebut menginjak remaja. Mereka kadang-kadang khawatir atas sikap mereka yang terlalu permisif (mudah meluluskan permintaan, mudah toleran), tidak tegas dan kurang dihargai anak.

Tetapi dalam kenyataannya mereka tidak sanggup mengalahkan kekhawatiran itu dengan mengubah sikap mereka. Dalam sebuah kesempatan berkumpul dengan sesama orangtua, Bu Johan sempat mengatakan bahwa ia takut kepada anak-anaknya karena mereka sudah lebih pandai berargumentasi.

Anak-anak sekarang lebih pandai dan lebih kritis. Ia sering merasa tidak yakin bahwa nasehat dan larangannya akan didengar dan dipatuhi, karena beberapa kali sudah menjadi kenyataan. Jadi ia lebih banyak menurut saja.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau