Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orangtua Kok Takut Melarang Anak

Kompas.com - 26/11/2009, 09:38 WIB

Sedangkan Pak Johan seperti juga beberapa orangtua lainnya  punya perasaan bingung dengan metoda mendidik anak sekarang ini. Dicoba dengan cara permisif dan sikap berkawan ternyata mereka jadi lebih berani membantah atau menentang dilarang. Dicoba dengan cara keras dan tegas, mereka berontak.

Pak Johan betul-betul bingung, dan akhirnya lebih banyak mengalah, dan seterusnya marah karena menyesal, buntut-buntutnya menyalahkan diri sendiri.

Mengandung Risiko
Pengalaman nyata juga terjadi pada Bu Herti yang tidak berani melarang anak perempuannya, Manda. Beberapa bulan terakhir ini Manda mulai berpacaran dengan teman sekelasnya, Boyke. Mereka masih duduk di kelas 2 SMU.
Bu Herti mengeluhkan masalah ini kepada Riri sahabat Manda dan meminta Riri menegur dan menasehati Manda. Bu Herti sangat cemas karena  konsentrasi Manda kepada pelajaran mulai menurun tajam. Dikatakannya pada Riri bahwa kalau sampai ia yang harus menegur anaknya, nanti terjadi keributan.

Tentu Riri heran. “Kalau ibunya sendiri saja takut menegur anaknya, apalagi saya. Jangan-jangan Manda bisa menuduh saya iri atau ikut campur urusan pribadinya? Wah, saya enggak mau kehilangan teman”, begitu komentar Riri waktu ia menceritakan kepada ibunya tentang permintaan aneh Bu Herti.

Nampaknya tidak sedikit orangtua yang mempunyai keluhan senada. Ini menunjukkan bahwa mereka menilai diri tidak mampu mendidik anak-anaknya dengan baik. Di manakah letak kesalahannya?

Besar kemungkinan orangtua takut atau ragu melakukan tindakan pada anak karena mereka takut mengambil risikonya. Pak dan Bu Johan takut kalau Alex dilarang, ia akan kabur dari rumah atau akan melakukan perbuatan lebih buruk.

Bu Herti takut kalau ia bicara dan melarang Manda pacaran, Manda akan berbalik nekad atau sembunyi-sembunyi, dan bisa-bisa tidak naik kelas. Padahal setiap tindakan dalam upaya mendidik pasti mengandung risiko.
Tidak ada usaha tanpa risiko kalau kita ingin mencapai sesuatu. Namun, ada risiko yang layak diambil, dan ada resiko yang wajib dihindari. Ambil contoh orang yang bimbang dipersimpangan jalan, padahal lampu sudah berganti hijau.

Dalam keadaan begini ia harus segera jalan. Jangan takuti risiko bahwa arah yang diambilnya bisa salah. Sebab, kesalahan itu tidak akan menimbulkan aibat fatal, dan bisa segera dikorekasi. Berbeda dengan orang yang harus mempertimbangkan akibat penggunaan obat tertentu. Salah-salah nyawa bisa melayang. Ini situasi yang risikonya wajib dihindari.

Belajar Kecewa
Anak ngambek adalah risiko yang layak diambil karena masih mudah diperbaiki. Yang harus dihindari adalah anak menggunakan narkoba atau melakukan hal-hal lain yang membahayakan masa depannya.

Maka orangtua patut secara tegas melarang perbuatan anak yang jika dibiarkan akan menjerumuskan mereka ke kehancuran. Jangan takut bahwa anak akan ngambek, karena ngambeknya anak akan mudah diatasi. Anak bahkan harus diajar untuk sekali-kali kecewa, tanpa kehilangan ‘kepercayaan’ bahwa orangtua tidak bermaksud mencelakakan anaknya.

Kesadaran ini yang harus ditanamkan orang tua pada anak. Setelah anak percaya bahwa orang tua mencintai mereka, anak tidak akan tahan untuk berlama-lama memusuhi orang tua.

Ingat saja bahwa sebagian besar orang didunia ini pasti pernah dihukum orang tuanya, tetapi tetap menghargai mereka. Sebaliknya, orangtua yang takut atau ragu-ragu bertindak tegas justru akan menghadapi risiko yang lebih besar lagi dikemudian hari, baik untuk anak maupun orangtua itu sendiri. @

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau