Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harris, Mengolah Limbah Lewat Batik

Kompas.com - 08/10/2009, 07:47 WIB

Dia lalu memungut kertas itu dan mengolahnya menjadi batik. Upaya yang dilakukannya sejak Juli 2009 itu membuahkan hasil. Kertas berbahan timah yang diduga berbahaya bagi lingkungan bisa dimanfaatkan dan dijadikan produk permanen. Beberapa produk yang dihasilkan dari limbah kertas timah adalah tas laptop, kotak tisu, dan gesper.

”Kalau bumi tak diselamatkan dari limbah, ini berbahaya,” tutur Harris yang masih berusaha mencari kemungkinan untuk mengolah berbagai limbah lain. Limbah yang mengotori lingkungan banyak jenisnya, dan selama ini relatif hanya berpindah tangan, tidak beralih fungsi.

Oleh karena itu, keberadaan limbah harus dikurangi, dengan memperpanjang waktu pemakaian. Caranya antara lain dengan mengolahnya kembali menjadi produk permanen yang bisa memberikan manfaat bagi manusia.

Harris menyadari, memanfaatkan limbah untuk membatik tak mudah dilakukan. Upaya ini membutuhkan ketelatenan dan uji coba berkali-kali. Produk yang dihasilkan juga tak sebanyak produk batik biasa sehingga pendapatan dari usaha ini amat terbatas.

Meski demikian, ia bangga dan senang bisa melakukannya. Harris ingin agar para pembatik lain pun mau akrab dengan lingkungan. Hasil lain yang diperolehnya dengan mengolah limbah adalah keakrabannya dengan para pemulung. Dia juga tak segan menularkan ilmunya kepada orang lain. ”Ini ekonomi kreatif berbasis budaya,” katanya memberi alasan.

Perjalanan Harris sebagai seniman lukis dan batik memang sebuah proses panjang. Saat hendak memulai kehidupan sebagai seniman lukis, ia sempat mendapat tentangan dari sang ayah, mendiang Chairil Kasmuri, seorang tentara. Namun, di akhir hayatnya, sang ayah justru mendukung setelah ia mampu mandiri dari usaha batiknya. ”Saya anak keempat dari sembilan bersaudara, dan hanya saya yang menjadi pekerja seni,” katanya optimistis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com