Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teknologi Mikrohidro Warga Gunung Sawur

Kompas.com - 31/07/2009, 07:54 WIB

Kincir air terlalu besar dan bisa hancur diterjang banjir. Jadi Sucipto membuat yang lebih kecil, tetapi aman dari terjangan banjir.

Untuk membuat PLTMH dibutuhkan badan sungai sebagai sumber air dan bangunan pembelok air sungai atau mercu bendung. Aliran air yang dibelokkan akan menuju saluran pembawa yang dilengkapi bak pemerangkap pasir.

Bak ini berfungsi memperlambat laju aliran air. Di situ dipasang penyaring sampah dan saluran pembuang kelebihan air (spillway). Aliran air dari bak penampungan harus bersih, bebas dari sampah, endapan lumpur, dan pasir. Lalu, air diarahkan ke pipa pesat (penstock) untuk memutar baling-baling turbin.

Dinamai pipa pesat karena pipa ini ditujukan untuk mempercepat jalannya air memanfaatkan gaya gravitasi. Pipa pesat dipasang miring mendekati vertikal disertai ukuran pipa tertentu menyesuaikan debit atau intensitas laju airnya. Air itu lalu menggerakkan turbin. Putaran turbin menggerakkan generator dan diperolehlah listrik.

Air dilepas kembali melalui saluran akhir (tailrace) dan disatukan kembali dengan aliran sungai. Ketinggian air jatuh dari bak penampungan ke turbin melalui pipa pesat 7,5 meter dengan diameter pipa 18 inci serta panjang 23 meter.

Turbin yang digunakan buatan Sucipto dinamai tipe Cross Flow C4-24 dengan kecepatan putaran 555 rpm (putaran per menit). Kategori C4 untuk kode turbin bikinan Sucipto, sedangkan angka 24 merupakan diameter turbin 24 sentimeter.

Generator PLTMH Gunung Sawur kapasitasnya 20 kilovoltampere dengan putaran 1.500 rpm dan frekuensi 50 hertz. Daya terbangkit berkisar 13.000 watt, yang saat ini dimanfaatkan untuk 79 keluarga.

Kemunculan PLTMH secara swadaya murni lalu disusul PLTMH Poncosomo (1997) dan Kajar Kuning (2000) yang berjarak hanya ratusan meter. PLTMH Poncosomo menghasilkan 8.500 watt untuk 98 keluarga. Daya listrik dari PLTMH Kajar Kuning 6.500 watt dan digunakan 56 keluarga. Resident Representative Program Pembangunan PBB (UNDP) di Indonesia El Mostafa Benlamih-berkebangsaan Maroko-Selasa (21/7) mengunjungi PLTMH Gunung Sawur. Bersama unsur pimpinan UNDP Indonesia, Budhi Sayoko, El Mostafa melihat aplikasi teknologi mikrohidro berpotensi ditingkatkan supaya jauh lebih optimal menghasilkan listrik.

Manfaat produktif

Jaringan listrik PLN masuk wilayah Dusun Gunung Sawur dan sekitarnya pada tahun 1996. Namun, mikrohidro karya Sucipto hingga sekarang masih terus beroperasi.

Menurut beberapa warga pengguna, menggunakan listrik dari mikrohidro jauh lebih murah dibandingkan dengan listrik PLN. Menurut Sucipto, listrik mikrohidro dijual Rp 500 per kilowattjam, sedangkan listrik PLN seharga Rp 700 per kilowattjam.

Seperti disadari Sucipto, pemanfaatan listrik mikrohidro untuk usaha produktif warga desa masih sangat kurang. Di sinilah peran pemerintah ataupun lembaga terkait lain untuk memberikan insentif usaha produktif atau penciptaan nilai tambah produk yang bisa dihasilkan warga secara berkelanjutan dan kompetitif. Warga akan meraih untung jika diberi kesempatan untuk menjual listrik masuk ke jaringan PLN. (LAS/NAW)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau