BOGOR, KOMPAS.com — Presiden Perkumpulan Kebun Binatang se-Asia Tenggara (SEAZA) Jansen Manansang mengatakan, sedikitnya 10.000 hingga 600.000 spesies katak akan mengalami kepunahan. Sebab itulah, diperlukan suatu rekomendasi untuk upaya konservasi amfibia di Indonesia.
"Telah diidentifikasi bahwa Indonesia mempunyai spesies katak terbanyak nomor satu di Asia serta terbanyak nomor dua di dunia setelah Brasil. Namun, dengan predikat banyak spesies amfibi, telah banyak pula terjadi kepunahan untuk spesies tertentu," katanya di sela-sela Lokakarya Amphipi Antarbangsa di Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (29/7).
Kegiatan yang berlangsung tanggal 27-29 Juli 2009 itu dilaksanakan bersama antara Taman Safari Indonesia, Departemen Kehutanan, World Association of Zoos and Aquariums (WAZA), SEAZA, Conservation Breeding Specialist Group (CBSG), LIPI, IPB, International Union for Conservation of Nature (IUCN), dan Perhimpunan Kebun Binatang Se-Indonesia (PKBSI).
Ia menjelaskan, di antara spesies tertentu itu adalah katak sawah yang biasa berhabitat di persawahan. Sekarang, katak itu jarang ditemui karena banyak padi di sawah terlindungi oleh pestisida sehingga banyak katak yang menghindari untuk keselamatannya.
Ia mengemukakan bahwa kondisi satwa, terutama jenis amfibia, saat ini telah terancam atau kritis sebagai akibat efek pemanasan global yang dipengaruhi dengan merebaknya infeksi jamur "clyrid" di berbagai penjuru dunia. "Hal ini membuat kondisi satwa amfibia menjadi tertekan," katanya.
Kondisi kritis tersebut, kata dia, sudah teridentifikasi oleh "Global Amphibian Assessment", yang dalam penelitiannya dilaporkan, dari 5.918 spesies amfibi dievaluasi, 35 spesies dinyatakan punah, 1.896 spesies dalam kondisi kritis, dan 2.604 spesies terancam punah.
Melihat kondisi tersebut, katanya, WAZA, CBSG, dan ASG (Amphibian Specialist Group) membentuk Amphibian Ark (Aark). Salah satu aksi yang sudah dilakukan untuk menghindari kepunahan amfibi ini adalah dengan melakukan kampanye konservasi katak, yaitu ditetapkannya tahun 2008 sebagai "Year of the frog".
Ia mengatakan, Aark sudah mengidentifikasi bahwa Indonesia memiliki 351 spesies. Meski demikian, kondisi amfibi di alam saat ini belum banyak diketahui status konservasinya. Berkenaan hal itu, maka peran serta semua lapisan masyarakat dirasa perlu untuk mengupayakan pelestariannya, dan salah satu kesadaran terhadap pentingnya peranan amfibi di alam serta program mengampanyekan "Year of the frog", maka dilaksanakanlah lokakarya itu.
"Diharapkan, lokakarya ini menghasilkan suatu rekomendasi untuk upaya konservasi amfibi di Indonesia serta sebagai upaya sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya peranan amfibi dalam keseimbangan ekosistem," demikian Jansen Manansang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.