Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Matahari-Bulan Masa ke Masa

Kompas.com - 25/07/2009, 03:43 WIB

Batara Surya ini adalah dewa yang menjadi tumpuan makhluk hidup di dunia. Batara Surya digambarkan sangat sakti dan menjadi salah satu dewa andalan di kahyangan.

Sementara itu, bangsa Jepang juga mendewakan Matahari yang disebutnya Amaterasu-omikami. Dalam mitologi Jepang adalah Dewi Matahari dan merupakan dewi Shinto yang paling penting. Dewi ini, menurut kepercayaan bangsa di Negeri Matahari Terbit, berhubungan secara langsung dengan garis silsilah rumah tangga kerajaan Jepang dan kaisar.

Sistem penanggalan

Kemunculan Matahari dan Bulan yang teratur sepanjang masa bukan hanya sebagai penetapan arah mata angin, melainkan sejak masa lalu telah digunakan bangsa Arab dan China dalam sistem penanggalan mereka, yang tetap digunakan hingga kini.

Penentuan penanggalan tahun Miladiah atau Masehi, misalnya, mengacu pada Matahari. Adapun tahun Hijriah atau Qamariah didasari pada terbitnya Bulan atau lebih tepatnya berpatokan pada jalur edar Bulan muda atau hilal yang tampak di ufuk senja pada ketinggian 0 derajat terhadap cakrawala. Kemunculan hilal menjadi perhatian umat Islam di seluruh dunia ketika menetapkan awal bulan Syawal dan Ramadhan.

Penetapan waktu berdasarkan terbitnya Matahari yang begitu terang terlihat dari permukaan Bumi tidak pernah menjadi masalah. Namun, tidak demikian dengan tahun Qamariah.

Sejak 15 abad silam hingga 1 Syawal 1428 Hijriah yang lalu, kerap muncul perbedaan penetapan awal Syawal, termasuk di Indonesia. Sementara itu, di dunia juga dirayakan Tahun Baru China, atau yang lebih dikenal sebagai Tahun Baru Imlek. Kata Imlek (Im > Bulan, Lek > penanggalan) berasal dari dialek Hokkian. Dalam bahasa Mandarin disebut yin li yang berarti kalender Bulan.

Perayaan Tahun Baru Imlek dirayakan pada tanggal 1 hingga tanggal 15 pada bulan pertama penanggalan kalender China yang menggabungkan perhitungan Matahari, Bulan, 2 energi yin-yang, konstelasi bintang atau astrologi shio, 24 musim, dan 5 unsur.

Masyarakat Tionghoa di Indonesia juga menjalani tradisi, yaitu Festival Bulan Purnama yang merupakan bagian dari perayaan Cap Go Meh. Cap Go Meh melambangkan hari ke-15 dan hari terakhir dari masa perayaan Imlek (saat ini tahun 2560) bagi komunitas Tionghoa yang tinggal di luar China.

Istilah ini berasal dari dialek Hokkian yang artinya hari kelima belas dari bulan pertama dan juga merupakan bulan penuh pertama dalam tahun baru tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com