Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengeruk Puluhan Juta dari Bongkahan Batu Apung

Kompas.com - 09/07/2009, 12:38 WIB

KOMPAS.com - Bongkahan batu apung bisa dimanfaatkan untuk rnempercantik lampu hias. Nilai ekonominya lumayan. Deddy Effendy, perajin batu apung untuk lampu hias dari Yogyakarta, bisa menghasilkan omzet puluhan juta per bulan dengan marjin 30 persen dari kerajinan ini.

Asal kreatif, banyak barang yang kelihatannya tak berguna bisa diolah menjadi barang yang punyai nilai jual lumayan. Salah satunya adalah batu apung. Batu yang lazim kita temui di dasar laut ini bisa hadir di dalam rumah sebagal interior dalam bentuk lampu bias.

Adalah Deddy Effendy, perajin asal Yogyakarta, yang memanfaatkan serpihan batu apung untuk mempercantik desain atau model lampu bias buatannya.

Sejatinya, sejak 2000, dengan modal awal Rp 30 juta, Deddy mulai menekuni bisnis pembuatan kerajinan lampu bias di bawah bendera usaha Palem Craft Jogya. Awalnya, ia hanya memakai material rotan.

Ide pemanfaatan batu apung muncul di benaknya pada 2002. Kala itu, Deddy mencoba memadukan sergihan batu apung pada media fiber. Saat disinari lampu, tekstur batu apungnya memunculkan kesan eksotik dan unik.

Yakin produk kreasi barunya itu bakal menarik minat konsumen, Deddy pun mulai menggunakan batu apung untuk produk lampu hiasnya. Apalagi, saat itu belum ada yang membuat produk sejenis. Hingga saat ini Deddy sudah membuat sekitar 70 model lampu bias dalam bentuk table lamp dan standing lamp.

Dia membeli bongkahan batu apung dari Lombok dan Bali. "Bata asal Lombok berwarna keputihan, sementara asal Bali agak keabu-abuan," papar Deddy. Deddy membeli batu apung dengan harga Rp 200.000 per karung. Satu karung dengan bobot 5-6 kg bisa menghasilkan sekitar 201ampu bias model table lamp.

Pembuatan satu lampu hias makan waktu satu hari. Proses pembuatannya dimulai dengan memotong batu apung dengan gergaji mesin menjadi lempengan setebal 2-3 milimeter dengan panjang dan lebarnya sekitar 10-15 cm. Lalu dicuci bersih.

Kemudian siapkan rangka besi sesuai bentuk dan ukuran yang dinginkan. Bentuknya, misalnya oval, persegi, atau piramida. Saat membuat kerangka tersebut sekaligus buat dudukan lampu dari bahan kayu atau bola-bola besi.

Kemudian, rangka besi dibalut bahan fiber atau mika dan dilapisi kain waring k atau jala. Selanjutnya, serpihan batu apung dilem dan ditempel memenuhi badan lampu. Hasilnya, bentuk rangkaian tersebut mengikuti karakter patahan batu sehingga terlihat alami.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com