WASHINGTON, KOMPAS.com — NASA meluncurkan dua satelit penelitian ke antariksa, Kamis (18/6), dalam langkah pertama perjalanan panjang untuk mengembalikan manusia ke Bulan pada 2020.
Dua misi Lunar Reconnaissance Orbiter (LRO) dan LCROSS diluncurkan dengan menggunakan roket Atlas V dari Pusat Antariksa Kennedy, Florida, dalam misi penelitian bersejarah ke Bulan guna mencari sumber air dan tempat pendaratan bagi satelit Bumi.
Cuaca buruk menunda peluncuran tersebut selama 20 menit, sebelum para pejabat dari Badan Antariksa AS memberi lampu hijau bagi peluncuran misi itu.
Badan Antariksa AS, yang berharap dapat mengirim astronot ke satelit alam Bumi paling lambat 2020 untuk kunjungan pertama sejak 1972, mengumumkan bahwa badan tersebut berada pada jalur untuk meluncurkan misi LRO dan LCROSS dengan menggunakan roket Atlas V dari Pusat Antariksa Kennedy, Florida.
Sehari setelah menangguhkan peluncuran pesawat ulang-alik Endeavour untuk kedua kali dalam satu pekan akibat kebocoran bahan bakar hidrogen, NASA menyatakan, lembaga itu menyiapkan tiga jendela pada pukul 17.12 waktu setempat (Jumat, 04.00 WIB), pukul 17.22 waktu setempat (Jumat, 04.22 WIB) dan pukul 17.32 waktu setempat (Jumat, 04.32 WIB). Jika tak ada yang berhasil, para pejabat telah memaraf tiga peluang lagi pada Jumat malam.
Misi tersebut adalah langkah pertama dalam perjalanan panjang guna melakukan eksplorasi lebih lanjut mengenai sistem matahari ke planet, Mars dan lebih jauh lagi. "Misi robot itu akan memberi kami keterangan yang kami perlukan guna membuat keputusan mengenai kehadiran manusia pada masa depan di bulan," kata Manajer Program Todd May kepada wartawan awal pekan ini.
Satelit Pengindera dan Pengamatan Kawah Bulan (LCROSS) secara khusus akan menjadi upaya paling spektakuler NASA selama bertahun-tahun. Untuk mencari es air di Bulan—komponen paling penting bagi rencana penempatan koloni manusia di Bulan—penyelidikan tersebut akan menganalisis data dari Bulan setelah roket Centaur, yang terpisah, jatuh di kawah gelap yang selamanya, di bagian gelap Bulan yang tak pernah terkena sinar Matahari.
Setelah meneliti benda bulan, satelit peneliti Kamikaze akan mengikuti langkah roket itu dengan menjatuhkan dirinya di Bulan dengan kecepatan rata-rata 2,5 kilometer per detik. Secara keseluruhan, NASA menyatakan, kedua misi itu akan menggali sebanyak 500 ton meter benda bulan dan mulai mencari tanda kemungkinan sumber air yang telah lama membeku dan mengkaji susunan mineral yang tak pernah disaksikan di dunia.
Adapun LRO diharapkan dapat memajukan dasar pengetahuan upaya antariksa melalui keberadaan selama satu tahun di orbit sekitar 50 kilometer yang merupakan jarak paling dekat setiap pesawat antariksa pernah terus-menerus mengorbit di bulan.
Misi LRO sebesar 500 juta dollar AS dirancang untuk memberi NASA peta mengenai ketepatan yang tak pernah terjadi sebelumnya, yang akan penting dalam memetakan tempat yang mungkin bagi pendaratan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.