BANJARNEGARA, KOMPAS.com — Industri keramik di Kecamatan Klampok, Kabupaten Banjarnegara, lesu akibat dampak krisis finansial global yang terjadi pada 2008 lalu.
Pengelola kelompok industri keramik Mustika Klampok, Tri Mulyantoro, Minggu (10/5), mengatakan, hingga saat ini pesanan keramik yang masih bertahan hanya dari perusahaan teh di Tegal. "Pesanan dari Bali masih sepi. Mungkin hal ini efek domino dari beberapa hal, antara lain permintaan keramik oleh wisatawan di Bali juga mengalami kelesuan," katanya.
Selain itu, kata dia, para perajin juga kesulitan memperoleh minyak tanah (mitan) sebagai bahan bakar dalam pembakaran keramik. Menurut dia, perajin tidak bisa membeli mitan bersubsidi, sementara harga mitan industri tidak terjangkau perajin. "Apalagi jika konversi gas elpiji sudah berjalan, tentunya perajin akan kesulitan dalam bahan bakar minyak. Hal ini sudah berdampak pada aktivitas pembakaran yang menyebabkan pesanan sering kali tidak dapat selesai sesuai jadwal," katanya.
Dengan demikian, kata dia, masih lesunya permintaan keramik dari Bali kemungkinan disebabkan pesanan mereka tidak bisa dipenuhi perajin sesuai kesepakatan.
Terkait pembakaran keramik, dia berharap pemerintah dapat memberikan subsidi khusus mitan bagi perajin atau industri kecil, terutama jika mitan bersubsidi sudah tidak ada lagi di saat konversi gas telah berjalan.
Meski kecil, kata dia, subsidi tersebut sangat berharga bagi perajin karena dapat mempertahankan kelangsungan pembuatan keramik. Jika perajin harus membeli mitan industri, lanjutnya, akan berdampak besar bagi perajin keramik dan kemungkinan terburuk yakni menutup usaha mereka. "Padahal, di Klampok ada sekitar 25 perajin yang masing-masing memiliki 20-30 tenaga kerja. Saat ini sudah banyak tenaga kerja industri keramik yang terpaksa merantau cari pekerjaan karena sepinya pesanan," katanya.