Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Coelacanth, Ikan "Bertangan"

Kompas.com - 30/04/2009, 20:34 WIB

Di dunia, habitat coelacanth diketahui di pantai Afrika, yakni Kenya, Tanzania, Mozambik, Madagaskar, dan Afrika Selatan, serta Indonesia. Di Indonesia, sebaran coelacanth mulai dari Buol, Tolitoli, Sulawesi Tengah, hingga Manado, Sulawesi Utara, sekitar 400 kilometer.

Penelitian Aquamarine Fukushima di kedalaman laut di kawasan itu (2006-2007) merekam tujuh coelacanth. Seluruhnya di kedalaman lebih dari 120 meter dengan suhu antara 12 C dan 17 C.

”Kami menduga, coelacanth juga ada di perairan Biak,” kata Augy. Pertimbangannya, kondisi bawah lautnya memiliki kemiripan dengan Sulut; berpalung dengan goa-goa batuan lava.

Kunci evolusi

Para ahli sepakat, berbagai keunikan coelacanth, yang belum seluruhnya terungkap, merupakan kunci penting mengungkap tabir evolusi makhluk bawah air. Alasan itu pulalah yang membuat pihak Jepang berupaya keras mengetahui seluk-beluk ikan fosil hidup itu.

Selain di Indonesia, Aquamarine Fukushima juga memiliki proyek survei lapangan di Afrika Selatan dan Tanzania. Tujuan survei itu adalah memfilmkan coelacanth di habitat aslinya.

Proyek jangka panjang yang fokus pada coelacanth itu disebut proyek ”Greeneye”. Selain survei lapangan, aktivitas proyek diikuti lokakarya dan simposium internasional serta ekshibisi khusus, termasuk mendatangkan awetan coelacanth ke Jepang selama sekitar tiga bulan.

Hingga tahun 2008, Jepang masih berupaya memiliki awetan basah coelacanth yang kini disimpan di Museum Biologi LIPI. Namun, masih ada penolakan dari peneliti.

Menyadari potensi besar coelacanth, yang mewakili kekayaan sumber daya hayati laut Tanah Air, Indonesia menjadikan ikan fosil hidup sebagai maskot Konferensi Kelautan Sedunia dan Pertemuan Segitiga Terumbu Karang (WOC-CTI Summit) pada 11-15 Mei 2009 di Manado.

Di Indonesia, setidaknya ada dua awetan basah coelacanth, yakni yang disimpan di Museum Biologi LIPI di Cibinong dan di Manado. Coelacanth menunjukkan bahwa kekayaan laut Indonesia sekaligus keterbatasan pengelolaan dan penelitian kelautan di Tanah Air.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com