Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IQ Tinggi Cenderung Bijak Putuskan Masalah Ekonomi

Kompas.com - 28/04/2009, 22:14 WIB

KOMPAS.com — Orang-orang dengan kemampuan intelegensia (IQ) tinggi cenderung mampu mengambil keputusan-keputusan ekonomi lebih bijak. Demikian hasil studi yang dilakukan para peneliti dari Universitas Minnesota, AS.

"Temuan ini dapat mengungkap faktor-faktor penentu kesuksesan ekonomi di antara individu dan di berbagai negara," ujar Aldo Rustichini, salah satu peneliti dari Universitas Minnesota.

Hasil penelitian yang dimuat dalam Proceedings of the National Academy of Sciences teranyar ini melibatkan 1.000 orang relawan dalam sebuah perusahaan. Pada penelitian tersebut, masing-masing relawan diukur kemampuan kognitifnya dan diminta untuk memutuskan sejumlah pilihan yang berkaitan dengan ekonomi untuk diterapkan dalam pekerjaannya.

Sukarelawan yang memiliki tingkat IQ di atas rata-rata ternyata cenderung dapat mengukur risiko lebih baik. Mereka juga lebih pintar melakukan efisiensi biaya dan konsisten dalam pengambilan keputusan.

Selain itu, orang-orang dengan IQ tinggi lebih mudah menyesuaikan dengan kebijakan organisasi yang bersifat strategis. Bahkan, mereka juga menunjukkan kepedulian sosial lebih tinggi.

Para peneliti juga mengukur daya tahan dalam pekerjaan baru. Dalam eksperimen ini, perusahaan menjanjikan bayaran kepada relawan yang dapat bertahan minimal satu tahun. Bagi yang gagal dan keluar sebelum satu tahun malah harus membayar denda. Hasilnya, pekerja dengan IQ di atas rata-rata punya daya tahan dua kali lipat.

Rustichini mengatakan, karakteristik individu yang menentukan kesuksesan ekonomi antara lain kesabaran, kemampuan mengambil risiko, dan perilaku sosial yang efektif. Ketiga faktor tersebut secara bersam-sama berpengaruh terhadap kemampuan kognitif yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan.

"Ini juga menunjukkan bahwa pendidikan sejak dini tidak hanya berpengaruh terhadap perkembangan kognitif, tapi juga meningkatkan kemapuan mengambil keputusan lebih efektif," ujar Stephen Burks, peneliti lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau