Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspadai Batuk Berdahak

Kompas.com - 03/04/2009, 03:27 WIB

Kansa Izati, 1 tahun 10 bulan, membenamkan kepala ke dada ibunya yang tengah menunggu obat di apotek di Klinik Perkumpulan Tuberkulosis Indonesia di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Sejak enam bulan terakhir, bocah perempuan bertubuh kurus tersebut secara rutin dibawa orangtuanya berobat ke klinik itu karena menderita penyakit tuberkulosis.

Setelah rutin minum obat, batuk berkurang dan berat badannya juga naik,” kata Asih, ibu Kansa. Bocah mungil itu terserang batuk saat berusia tiga bulan. Berat badannya turun drastis, batuknya tambah parah, kadang disertai sesak napas.

”Saya mengira Kansa batuk biasa, tetapi kok tak sembuh- sembuh, padahal bolak-balik berobat,” ujar ibunya. Belakangan terdeteksi ada flek pada paru-parunya. Kini ia harus minum obat anti-TB beberapa bulan.

Hal serupa dialami Ny Gustini (40), ibu tiga anak. Awalnya ia mengira batuk yang dideritanya hanya gejala flu. Selama berbulan-bulan ia minum obat pereda batuk, tetapi batuk berdahak itu tak kunjung sembuh. Belakangan ia batuk disertai darah. Ia ketahuan menderita TB dengan basil tahan asam (BTA) positif atau menular. Baru diterapi tiga bulan, ia tidak lagi minum obat. ”Saya mengira sudah sembuh,” katanya.

Beberapa tahun kemudian, ia batuk lagi disertai sesak napas. Ternyata TB-nya kambuh. Ada cairan di paru-paru. Karena putus berobat, kini ia harus menjalani terapi suntikan selama 60 hari dan minum obat anti-TB.

Menular

Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini ditemukan ilmuwan Jerman, Robert Koch, 24 Maret 1882. Seperti flu, TB menular melalui percikan batuk, bersin, atau ludah penderita. Mayoritas kasus TB terjadi di paru—TB bisa menyerang organ lain seperti selaput otak, tulang, serta kulit.

Gejala TB antara lain batuk berdahak, demam, dahak campur darah, berat badan turun drastis, nyeri dada, sesak napas, berkeringat pada malam hari. ”Gejalanya kayak orang tak tahu kalau kena TB,” kata Kepala Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Priyanti.

Seseorang dicurigai menderita TB jika ada riwayat kontak atau serumah dengan pasien TB dengan BTA positif. Yang berisiko tinggi tertular mereka yang ada di penjara, rumah sakit, dan pengguna narkoba suntik.

Pemeriksaan awal TB adalah tes Mantoux—penyuntikan tuberkulin di bawah kulit terluar. Diagnosis paling tepat adalah pemeriksaan bahan dari penderita yaitu dahak, bilasan lambung, dan biopsi, atau tes BTA positif, dan foto rontgen paru.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com