Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Gerombolan Si Berat" Kehilangan Habitat

Kompas.com - 19/02/2009, 12:02 WIB

Sebaliknya, Juli 2008, seekor gajah tewas dibantai warga di Desa Pungut, Kecamatan Pinggir (sekitar 20 km dari Desa Balai Makam).

Upaya relokasi

Setelah kematian Silalahi, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Riau menurunkan tiga ekor gajah jinak untuk memindahkan kawanan gajah liar ke hutan Muara Basung, sekitar 40 km dari Desa Balai Makam.

Namun, awal tahun 2009, ”gerombolan si berat” itu kembali lagi. Kali ini mereka mengunjungi pondok dan kebun Teguh.

Jika diperhatikan, lokasi pondok dan kebun tempat Teguh tinggal maupun lokasi kebun Silalahi merupakan bekas rimba raya yang dulu menjadi habitat gajah.

Pembukaan kebun sawit telah menggusur kawanan gajah dari tempat tinggal dan sumber makanan mereka. Saat ini, sejauh mata memandang yang terlihat adalah hamparan pohon sawit. Hutan lindung yang tersisa sangat tidak memadai dan terus dirambah manusia.

BKSDA Riau sudah angkat tangan dalam masalah penanganan gajah. Satu-satunya jalan adalah merelokasi gajah ke hutan lindung. Persoalannya, hutan lindung yang ada tidak cukup untuk menampung para gajah itu.

Satu-satunya kemungkinan relokasi adalah ke areal rencana perluasan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) di Kabupaten Pelalawan yang berjarak sekitar 200 km dari Desa Balai Makam.

Masalahnya, deklarasi perluasan TNTN belum pasti. Selain itu, belum tentu Balai TNTN bersedia menampung gajah-gajah itu.

Suaka margasatwa

Di Kabupaten Bengkalis sebenarnya ada lokasi penampungan gajah, yaitu Suaka Margasatwa Balai Raja. Namun, akibat tidak ada perhatian dari pemerintah pusat, Pemerintah Provinsi Riau, maupun Pemerintah Kabupaten Bengkalis, Suaka Margasatwa Balai Raja yang dulu luasnya 4.800 hektar, kini tinggal semak belukar seluas belasan hektar saja. Sebagian besar lahan suaka margasatwa sudah berubah menjadi perkebunan kelapa sawit.

Kalau sudah begini, siapakah yang salah? Manusia atau gajah? (Syahnan Rangkuti) *

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com