Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Manusia Itu Predatornya Harimau

Kompas.com - 17/02/2009, 09:32 WIB

Departemen Kehutanan dengan aparat di BKSDA Sumatera segera mengambil tindakan penyelamatan, antara lain dengan menyelamatkan sisa harimau liar itu dengan mengusirnya masuk hutan atau menjebaknya lalu dirawat, dipelihara, dan ditangkarkan untuk suatu saat nanti dilepas kembali ke habitat aslinya.

”Kami kebagian tugas menangkarkan harimau tangkapan itu di lokasi penangkaran eks-situ harimau sumatera,” ujar Tony Sumampau, Direksi Taman Safari Indonesia di Cisarua, Bogor. Kini sudah ada 36 ekor harimau asli sumatera yang hidup di balik kerangkeng penangkaran dengan perawatan serius. Sudah ada beberapa ekor anakan harimau sumatera lahir di Cisarua.

Harimau yang di alam liarnya per ekor butuh sekitar beberapa kilometer persegi, sebagai areal pengembaraan atau home range yang ”dikuasai” sebagai teritori habitatnya. Pada saat musim berahi, pejantan harimau mencari jodohnya lalu kawin, kemudian meninggalkan betina yang sedang hamil untuk melahirkan dan merawat anakannya. Naluri hidup liar dalam teritori dan berburu mangsa serta mencari jodoh, dianggap salah satu hambatan besar apabila harimau tangkaran proyek itu mau dilepaskan. ”Ini masalahnya, sebab hutan di Sumatera nyaris rusak berat. Kalau penangkaran kami berhasil, anakannya mau di ke manakan?” ujar Sumampau yang mengakui anakan harimau kandangan itu pasti ada perubahan perilaku liarnya.

Dari Nanggroe Aceh Darussalam hingga ujung selatan hutan Bukit Barisan di Lampung, sisa harimau liar masih bergentayangan mencari lahan kehidupan dan bukan memangsa manusia hidup-hidup. Teror kasus manusia diterkam harimau pernah terjadi dan akan terjadi. Mengingat teritori habitatnya terjepit dan menciut serta mangsa hidup yang kian menipis stoknya di hutan, memaksa sekitar 400 harimau ini menjadi survival yang harus hidup. Padahal, Wildlife Conservation Society (WCS) memprediksi paling tidak tahun 2008 tersisa sekitar 250 ekor harimau liar di 18 habitat meliputi taman nasional, hutan lindung, dan areal konservasi lainnya di seluruh Sumatera.

Anehnya, kalau manusia tewas akan ramai diberitakan dan pemerintah turun tangan, tetapi kalau harimau sumatera terjebak, terjerat, dan ditembaki pemburu liar untuk menjual kulit, gigi, kumis, kuku, tulang, daging, dan organ tubuh lainnya, rasanya belum pernah ada tindakan tegas dan pemberitaan luas.

Foto harimau terkapar merupakan suatu bukti kalau oknum manusia itu sebetulnya lebih teroris dibandingkan harimau. Manusia memang predator, dor!

(RUDY BADIL, wartawan senior di Jakarta)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com