Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hujan Terus-menerus, Produksi Getah Pinus Menurun

Kompas.com - 11/02/2009, 19:01 WIB

SLAWI, RABU — Akibat hujan yang berlangsung terus-menerus, produksi getah pinus di wilayah Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Pekalongan Barat turun. Aktivitas penyadap getah berkurang karena di hutan rawan terjadi petir dan longsor pada musim penghujan.

Administratur KPH Pekalongan Barat, Jicky Soeprayitno, Rabu (11/2), mengatakan, sejak memasuki musim penghujan, produksi getah pinus hanya mencapai 200 ton per bulan atau 2,5 persen dari target satu tahun. Padahal, pada musim kemarau, produksi getah pinus mencapai 800 ton per bulan atau 10 persen dari target satu tahun.

Sejak 1 Januari lalu, KPH Balapulang juga menghentikan semua aktivitas penebangan. Aktivitas penebangan dengan sistem tebang pilih, diperkirakan akan dimulai lagi pada Maret mendatang.

Menurut dia, sekitar 60 persen wilayah KPH Pekalongan Barat atau sekitar 24.478 hektar merupakan daerah dengan tingkat kerentanan tanah tinggi. Selain itu, sekitar 5 persen wilayah atau sekitar 2.039 hektar merupakan daerah dengan tingkat kerentanan sangat tinggi.

Tanah bergeser

Daerah-daerah tersebut meliputi wilayah hutan di Kecamatan Salem, Bantarkawung, Sirampog, Paguyangan, dan Bumiayu di Kabupaten Brebes, Kecamatan Bumijawa di Kabupaten Tegal, serta Kecamatan Moga di Kabupaten Pemalang. "Tanah di wilayah tersebut bisa bergeser dan ambles," ujarnya.

Jicky mengatakan, tanah yang memiliki kerentanan tinggi mudah longsor pada musim penghujan. Kondisi itu pula yang menjadi alasan dihentikannya aktivitas penebangan saat ini.

Selama musim penghujan tahun ini, longsor sudah terjadi di Kecamatan Bantarkawung dan Salem. Akibat longsor yang terjadi Desa Waru, Kecamatan Bantarkawung, puluhan batang pohon pinus di petak 72A seluas dua hektar roboh.

Sebenarnya, menurut Jicky, nilai kerugian akibat ambruknya pohon tidak terlalu besar. Kerugian yang lebih besar berupa kerusakan lingkungan atau permukiman warga yang berada di sekitar hutan.

"Kalau menurut ahli geologi, tanah tersebut tidak boleh ditempati penduduk. Tetapi kenyataannya masyarakat tetap menempatinya," katanya.

Salah satu upaya untuk mengatasi persoalan tersebut dengan membuat hutan bambu di lereng-lereng gunung. Akar bambu sangat kuat dan tidak mati sehingga mampu mengikat tanah. Hingga saat ini, penanaman hutan bambu baru dilaksanakan di Desa Sindangwangi, Kecamatan Bantarkawung, Brebes, seluas lima hektar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau