Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Obama dan Warna Kulit yang Bermakna

Kompas.com - 22/01/2009, 23:51 WIB
Oleh Benny H. Hoed (*)

Apa makna pelantikan Obama? Saya tidak akan melakukan tinjauan politik. Tinjauan saya ada dalam ranah budaya. Oleh karena itu, selanjutnya pertanyaan saya adalah: “Apakah warna kulit bisa bermakna?” Jawabnya:  “Ya, bahkan bisa sangat bermakna”.

Obama yang dilantik tanggal 20 Januri 2009 ini adalah seorang warga kulit hitam: ayahnya kulit hitam warga Kenya dan ibunya kulit putih warga Amerika Serikat (AS). Di AS, meskipun ibunya kulit putih, tapi ayahnya kulit hitam, atau sebaliknya, seseorang biasanya termasuk dalam kategori sosial kulit hitam; padahal bisa saja warna kulitnya agak “bule”.

Kalau begitu, apa makna warna kulit Obama? AS adalah sebuah negara yang memiliki sejarah rasialisme kulit hitam dan sampai tahun 50-an masih menerapkan segregasi rasial warna kulit di wilayah Selatan.  Segregasi rasial di AS adalah segregasi berdasarkan warna kulit dengan dikotomi “putih” – “hitam”. Di AS warna kulit bukan “warna”, tetapi “kategori sosial”.

Pengetahuan kita tentang sejarah AS, meskipun secara amatir, memberikan makna khusus atas warna kulit Presiden AS ke-44 itu. Makna instan yang secara umum diberikan kepada warna kulitnya ialah ‘(harapan) perubahan dan pembaharuan’.

Perubahan dan pembaharuan bahkan diharapkan oleh dunia. Khususnya di Afrika Hitam, warna kulit bahkan mempunyai makna ‘harapan akan perubahan’ dan ‘kebangkitan kulit hitam’.

Di AS sendiri sebagian besar rakyatnya menumpangkan harapan besar akan perubahan dan penanggulangan krisis sosial ekonomi pada Obama yang dipandang lebih mengerti kaum papa. Dengan seseorang berkulit hitam menjadi penguasa di negara itu kita telah menyaksikan betapa sebagian besar rakyat AS merasa telah berhasil menghapus sisa-sisa sosial budaya dari sejarah segregasi rasial. Jadi, rakyat Amerika telah memberikan makna baru pada warna kulit: kemampuan lebih penting daripada warna kulit.

Dalam komposisi kabinet Obama pun terlihat ada keterwakilan kelompok etnis yang cukup signifikan. Ada usaha untuk memanifestasikan  pengakhiran ‘sejarah warna kulit’ di negeri Paman Sam itu, meskipun kita percaya kompetensi menjadi dasar utama dalam memilih menteri-menterinya.

Sebuah perubahan “perilaku” pemerintah AS baik yang berkaitan dengan politik dalam negeri maupun luar negeri sedang dinantikan. Meskipun reaksi dunia bervariasi – seperti kita saksikan dalam berbagai media di dalam dan luar negeri – intinya adalah “harapan” akan terjadinya “perubahan” di dalam dunia yang  sedang mengalami berbagai krisis.

Tentu saja tidak fair kalau harapan yang terlalu besar kita letakkan kepada seorang Obama. Namun, apa boleh buat: AS adalah negara besar. Dari pengamatan saya sejauh ini, pada diri Obama tersimpan dua aspek yang bermakna, yakni “warna kulit” dan “keberhasilannya menjadi presiden sebuah negara besar yang mempunyai sejarah segregasi rasial warna kulit ”.

‘Harapan akan perubahan’ adalah makna instan yang terjadi sementara ini. Makna ini dapat saja berubah dengan perkembangan sejarah dunia. Ditinjau dari kaca mata semiotik, manusia cenderung memberikan makna pada apa yang ada di sekitarnya.  

Halaman Berikutnya
Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau