oleh Nawa Tunggal
Mikroba adalah jasad renik yang sangat beragam jenisnya dan memiliki fungsi sebagai pengurai. Kini salah satu jenisnya telah diubah menjadi ”tenaga kerja” untuk memproduksi bioplastik oleh Khaswar Syamsu. Ia seorang perekayasa dari Institut Pertanian Bogor yang berhasil merekayasa pembuatan plastik terbuat dari bahan pati sagu dan lemak sawit sehingga menjadi plastik ramah lingkungan atau bioplastik.
”Mikroba itu tenaga kerja yang tidak pernah menunggu perintah dan tidak pernah demo,” ujar Khaswar, Kamis (8/1) di laboratoriumnya yang berisi perlengkapan-perlengkapan yang usianya tergolong tua.
Perlengkapan tua itu termasuk bioreaktor buatan Jerman yang dibeli 23 tahun silam atau pada 1986. Bioreaktor itu telah menemani Khaswar setidaknya ketika memulai riset produksi bioplastik sejak tahun 2000 hingga 2006 ketika ia berhasil menemukan metode pembuatan bioplastik dan mendaftarkan patennya.
Sedikitnya ada tujuh uji coba bioplatik yang dilaksanakan. Uji coba itu meliputi kekuatan tarik, elastisitas, perpanjangan putus, sifat termal, derajat kristalinitas, gugus fungsi dalam struktur kimia, dan biodegradabilitas atau keteruraiannya.
Uji coba yang terakhir mengenai keteruraiannya ini, bioplastik hasil rekayasa Khaswar dapat terurai atau termakan mikroba dalam waktu 80 hari.
”Dibandingkan dengan bahan organik lainnya, seperti kertas, laju terurai pada bioplastik ini lebih cepat,” ujar Khaswar.
Menimbun plastik
Khaswar mengutip sebuah referensi yang menunjukkan fenomena yang berlangsung saat ini berupa timbunan plastik sebagai salah satu produk utama sampah yang dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia. Padahal, sampah plastik itu tidak akan terurai dan akan merusak lapisan tanah.
”Pada 2003 kebutuhan plastik di Indonesia mencapai 1,35 juta ton per tahun. Setelah menjadi sampah, pemerintah hanya mampu mengelola 20-30 persennya. Selebihnya ditimbun ke area pembuangan sampah,” katanya yang kini menjabat Kepala Divisi Rekayasa Bioproses dan Bahan Baru pada Pusat Penelitian Sumber Daya Hayati dan Bioteknologi IPB.