Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Green Energy" Solusi Terbaik

Kompas.com - 30/08/2008, 10:52 WIB

Di sisi lain, penguasaan teknologi sangat diperlukan dalam memanfaatkan energi biomassa. Ada tiga cara yang paling populer dalam mengonversi biomassa jadi energi, yaitu pembakaran langsung (direct combustion), pembuatan gas biomassa, dan konversi menjadi bahan bakar cair.

Pemanfaatan energi biomassa melalui pembakaran langsung telah dilakukan sejak zaman nenek moyang kita, dengan pemanfaatan kayu bakar. Saat ini, teknologi yang bisa menghasilkan energi cukup besar, yaitu pembakaran biomassa untuk menghasilkan uap pada pembangkit listrik atau bahan penunjang manufaktur. Dalam sistem pembangkit, kerja turbin biasanya memanfaatkan ekspansi uap bertekanan dan bersuhu tinggi untuk menggerakkan generator yang bisa menghasilkan listrik.

Sebagai contoh, Pembangkit Listrik Tenaga Sekam di Desa Haurgeulis, Indramayu, Jawa Barat. Di sana terdapat mesin setinggi 4 meter hasil penelitian PT Indonesia Power, anak perusahaan PLN, yang berdiri sejak September 2003. Pembangkit ini berkekuatan 100 kilowatt, berbahan bakar sekam padi, yang dibakar menjadi gas yang dialirkan ke dalam ruang bakar mesin diesel. Tambahan gas itu bisa menekan kebutuhan solar hingga tinggal 20 persen, artinya enam kilogram sekam menggantikan satu liter solar sebagai bahan bakar.

Sementara itu, pemanfaatan gas biomassa pada skala kecil sudah banyak diaplikasikan masyarakat, yaitu pemanfaatan gas metana hasil fermentasi yang langsung dibakar untuk kebutuhan rumah tangga, yang dikenal melaui teknologi biogas digester.

Teknologi ini berkembang pesat di India, yang ditandai dengan pembangunan digester sebanyak 400.000 unit pada kurun waktu 1980- 1985. Pada skala yang lebih besar dan massal, pemanfaatan gas biomassa melalui sistem pirolisis dan gasifikasi menggunakan temperatur tinggi untuk mengubah biomassa menjadi campuran gas hidrogen, karbon monoksida, dan metana, yang telah banyak diaplikasikan di negara-negara maju sebagai bahan bakar kendaraan yang ramah lingkungan.

Cara ketiga dan yang paling populer adalah mengonversi biomassa menjadi bahan bakar cair, yaitu bioetanol dan biodiesel. Bioetanol adalah alkohol yang dibuat dengan fermentasi biomassa, terutama bahan berpati, seperti singkong, biji jagung, biji sorgum, sagu, gandum, dan kentang, serta bahan bergula seperti tetes tebu, nira kelapa, dan batang sorgum manis.

Adapun biodiesel adalah ester yang dibuat menggunakan minyak tanaman, lemak binatang, ganggang, atau minyak goreng bekas melalui proses esterifikasi. Kedua produk biofuel ini paling sering digunakan sebagai aditif bahan bakar untuk mengurangi emisi karbon monoksida (CO) dan asap lainnya dari kendaraan bermotor. Secara ekonomis, kedua produk ini lebih murah dibanding BBM. Bandingkan, biaya produksi bioetanol per liter hanya Rp 2.400, jauh lebih murah daripada harga bensin saat ini yang Rp 6.500 per liter.

Melihat potensi biomassa yang cukup melimpah di Indonesia dan teknologi pemanfaatannya yang berkembang sangat cepat, green energy merupakan alternatif terbaik dalam mengatasi krisis energi di Indonesia.

Kini saatnya kita mendirikan "kilang-kilang hijau" berupa alat pemerah biji tanaman penghasil biodiesel dan bio-oil skala rumahan, juga alat mini fermentasi penghasil bioetanol skala kemasyarakatan. Melalui alat-alat sederhana itu, akan terwujud desa mandiri energi. Harapannya, oil-refinery Pertamina akan berubah pula menjadi "kilang hijau" karena disuplai dengan biofuel untuk diolah menjadi green diesel, bahan bakar nabati ramah lingkungan yang harganya pasti lebih murah dibanding biodiesel konvensional.

M Sigit Cahyono Mahasiswa Magister Sistem Teknik UGM, Yogyakarta Bekerja sebagai Konsultan di Bidang Lingkungan Hidup

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com