KOMPAS.com – Sebuah studi membuktikan bahwa virus corona SARS-CoV-2 (penyebab Covid-19) bisa bertahan dalam tubuh 2 minggu lamanya usai pasien dinyatakan sembuh.
Penelitian tersebut dilakukan usai Jepang melaporkan kasus pertama pasien Covid-19 yang menjadi sakit untuk kedua kalinya.
Studi tersebut dipublikasikan dalam jurnal JAMA pada Kamis (27/7/2020). Studi itu dilakukan kepada empat profesional medis berusia 30-36 tahun yang menangani langsung Covid-19.
Mereka tertular Covid-19 kemudian dirawat di Zhongnan Hospital milik Wuhan University, China. Mengutip Live Science, Minggu (1/3/2020), mereka dirawat pada 1 Januari-15 Februari 2020.
Empat pasien tersebut dinyatakan sembuh, dan hanya satu yang masuk rumah sakit karena penyakit tersebut. Keempatnya diberikan oseltamivir, yang lebih dikenal dengan merk Tamiflu.
Keempat pasien tersebut dinyatakan sembuh usai gejala-gejalanya berkurang. Selama dua hari berturut-turut, hasil tes Covid-19 mereka baik alias negatif.
Usai dinyatakan sembuh, keempat pasien tersebut diminta untuk karantina di rumah masing-masing selama 5 hari. Kemudian usai 5 hari, mereka melakukan tes swab tenggorokan setiap harinya hingga hari ke-13.
Hasilnya, setiap tes yang diambil antara hari ke-5 hingga hari ke-13 memiliki hasil positif.
“Penemuan ini menekankan bahwa pasien yang telah dinyatakan sembuh masih memungkinkan menjadi pembawa virus,” tutur Krys Johnson, peneliti epidemiologi dari College of Public Health, Temple University, Philadelphia.
Zika dan Ebola
Bukan hal yang baru sebuah virus masih berada dalam tubuh usai seseorang dinyatakan sembuh. Ahli virologi dari Michigan Tech University, Ebenezer Tumban menyebutkan bahwa virus Zika dan Ebola juga memiliki karakteristik yang sama.
Bahkan, sebut Tumban, dua virus tersebut bertahan berbulan-bulan di dalam tubuh usai pasiennya sembuh.
Soal studi yang dilakukan pada empat pasien di Wuhan, Tumban menyebutkan, hal itu merupakan kondisi pasca diberikannya Tamiflu.
Usai Tamiflu selesai diberikan, virus kembali memperbanyak diri pada level yang minim. Jumlah virus yang sedikit tidak akan memberikan gejala apapun bagi pasiennya.
Meski begitu, ketika orang yang dinyatakan sembuh tersebut bersin atau batuk, kemungkinan virus menular pada orang lain tetap besar.
“Mereka (pasien yang telah sembuh) harus berhati-hati ketika di dalam rumah. Tidak berbagi minum dalam satu gelas dengan orang lain, juga mencuci tangan sesering mungkin,” tutur Tumban.
https://sains.kompas.com/read/2020/03/01/180100823/meski-dinyatakan-sembuh-virus-corona-masih-ada-dalam-tubuh