Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Duduk Perkara Kegaduhan Pria Jepang Positif SARS Coronavirus Tipe 2, bukan Covid-19

KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan baru saja membuat gaduh warganet setelah menyatakan bahwa pria asal Jepang yang pulang setelah berlibur dari Bali positif terinfeksi SARS Coronavirus Tipe 2.

Pasalnya, menurut Kementerian Kesehatan, virus yang menjangkiti pria tersebut bukan yang menyebabkan Covid-19.

"SARS-Coronavirus Tipe 2 ini beda dengan Covid-19. Perbedaannya lebih dari 70 persen. Jadi ini bukan Covid-19," kata Sekretaris Ditjen Kementerian Kesehatan, Achmad Yurianto saat dihubungi Kompas.com, Senin (24/2/2020).

Yurianto mengatakan otoritas pemerintah Jepang sudah melaporkan detail kejadian kasus pria yang dimaksudkan kepada Kemenkes RI.

"Baru tadi malam saya dapat konfirmasi dari otoritas pemerintah Jepang bahwa pasien yang dimaksudkan berusia 60 tahun, dan tidak bisa disebutkan identitasnya," kata Yurianto.

Pasien yang dimaksudkan adalah seorang pria yang berkewarganegaraan Jepang, yang tinggal di Tokyo.

Dalam laporan itu juga menjelaskan bagaimana kronologi dari kondisi pria itu sebelum melakukan perjalanan dan berlibur ke Bali, Indonesia.

Pada tanggal 15 Februari, pria itu berlibur bersama keluarganya ke Bali, Indonesia. Sampai di Bali, ia tidak memiliki keluhan apapun, dan melewati pemeriksaan medis di bandara, karena tidak terdeteksi kondisi tubuh yang panas tinggi dan gejala lainnya.

Pada tanggal 19 Februari, ia kembali ke Jepang dan tiga hari kemudian merasakan tidak enak badan dan memeriksakan ke rumah sakit pada 22 Februari.

Soal SARS-CoV-2

Namun, penelusuran Kompas.com hanya menemukan SARS-CoV-2 yang sebelumnya disebut virus corona Wuhan atau 2019-nCoV. Virus SARS-CoV-2 menyebabkan penyakit Covid-19 yang sedang mewabah saat ini.

Nama SARS-CoV-2 diberikan oleh Coronavirus Study Group (CSG) dari Komite Internasional untuk Taksonomi Virus atau International Committee on Taxonomy of Viruses (ICTV).

Dalam laporan yang dimuat di bioRxiv, CSG memutuskan nama SARS-CoV-2 untuk virus yang sedang mewabah karena virus ini ditemukan sebagai varian dari virus corona yang menyebabkan wabah severe acute respiratory syndrom (SARS) pada tahun 2002-2003.

Sehingga, virus yang sedang mewabah ini diberi nama severe acute respiratory syndrome-related coronavirus 2 atau SARS-CoV-2.

Pemberian nama ini, SARS-CoV-2 dan Covid-19, tentunya membuat banyak orang bingung.

Dijelaskan dalam situs resmi Badan Kesehatan Dunia (WHO), Covid-19 atau coronavirus disease adalah nama penyakit yang sedang mewabah saat ini.

Sementara itu, SARS-CoV-2 adalah nama virus yang menyebabkan Covid-19.

Kemudian, virus corona atau coronavirus adalah kelompok virus yang menyebabkan berbagai penyakit, mulai dari batuk pilek biasa hingga SARS dan Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV).

Untuk strain baru yang belum pernah diidentifikasikan sebelumnya pada manusia, diberikan istilah novel coronavirus (nCOV) seperti nama lama SARS-CoV-2 yaitu 2019-nCOV.

WHO menjelaskan virus memang sering kali memiliki nama yang berbeda dengan panyakit yang disebabkan. Sebagai contoh, HIV adalah nama virus yang menyebabkan penyakit AIDS.

Virus diberi nama berdasarkan struktur genetikanya untuk memfasilitasi perkembangan tes diagnostik, vaksin dan pengobatan.

Para ahli virologi, menyerahkan penamaan virus kepada Komite Internasional untuk Taksonomi Virus atau International Committee on Taxonomy of Viruses (ICTV).

Hal ini menjadi tanggung jawab WHO, sehingga pemberian nama penyakit dilakukan oleh WHO dalam International Classification of Diseases (ICD).

Kendati demikian, menurut penelusuran Kompas.com, SARS Coronavirus Tipe 2 seperti yang disampaikan oleh Kemenkes, tidak ada dan yang ada hanya SARS-CoV-2. 

https://sains.kompas.com/read/2020/02/24/191500423/duduk-perkara-kegaduhan-pria-jepang-positif-sars-coronavirus-tipe-2-bukan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke