KOMPAS.com - Ratusan siswa SMP Negeri 1 Turi, Sleman, hanyut saat melakukan susur sungai di Sungai Sempor, Dusun Dukuh, Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, pada Jumat (21/2/2020).
Ketika kegiatan dimulai, cuaca hanya gerimis dan aliran sungai terlihat normal. Namun, air deras tiba-tiba datang seperti banjir saat para siswa sudah mencapai tengah sungai.
Akibat kejadian itu, sembilan orang meninggal dunia, sedangkan 23 orang lainnya luka-luka.
Peristiwa ini mungkin membuat bingung, bagaimana banjir bisa datang secara tiba-tiba di sungai?
Dijelaskan oleh pakar hidrologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr Pramono Hadi, kondisi dan arus sungai juga tergantung pada karakteristik wilayahnya.
Pada peristiwa ratusan siswa yang terhanyut di Sleman itu, wilayah hulu Sungai Sempor memang berada di sekitar lereng terjal.
Di daerah hulu sungai, terutama di lereng terjal, sangat lazim terjadi banjir yang datang tiba-tiba saat hujan. Ini disebut dengan time of concentration (TC) pendek.
"Bisa kurang dari 1-2 jam, jika ada hujan di hulu yang deras, maka sesaat kemudian banjir datang secara cepat," kata Pramono kepada Kompas.com, Sabtu (22/2/2020)
Tergantung hulu
Oleh karena itu, Pramono menegaskan, pada musim hujan, upayakan untuk menghindari berkegiatan di sungai.
"Begitu cuaca mendung, harus menjauh dari sungai, tidak boleh menunda," ujarnya.
Mengenai tanda-tanda banjir yang bisa datang tiba-tiba tersebut, hal utama yang diperlukan adalah mengetahui kondisi dan cuaca yang akan atau sedang terjadi di hulu sungai.
Pasalnya, jika kita berada di hilir sungai saja, dan tidak mengetahui apakah di hulu sedang hujan, maka akan sangat sulit untuk mengetahui perubahan pada laju atau arus air dan riak sungai tersebut.
Kendati demikian, Anda bisa waspada jika cuaca sudah menunjukkan tanda-tanda akan hujan atau mendung, suara gemuruh.
"Selalu dan seringlah melihat ke hulu sungai untuk memastikan aliran yang datang, biasanya belum terlalu besar debitnya," kata dia.
Bagaimana cuaca hulu bisa berbeda dari hilir?
Reni Kranungtyas SP, MSi, selaku Kepala Stasiun Klimatologi Sleman Yogyakarta, Sabtu (22/2/2020), berkata bahwa prediksi cuaca untuk hulu dan hilir Sungai Sempor sebetulnya tidak berbeda.
Hal yang membedakan adalah topografi dari lokasi hulu dan kolasi di hilir saat kejadian di sungai tersebut.
Hulu Sungai Sempor itu berada di dataran yang lebih tinggi di barat daya Merapi, sedangkan kejadian laka sungai tersebut berada di hilir, yaitu Donorejo yang merupakan daerah lebih rendah.
"Daerah dataran tinggi lebih banyak memicu terjadinya hujan orografi," ujarnya.
Untuk diketahui, hujan orografi ini terjadi karena adanya massa udara yang naik dan kemudian terjadi penurunan suhu sehingga massa udara yang membawa titik-titik air tersebut berkondensasi dan terjadilah hujan.
Hujan orografi ini terjadi pada daerah dataran yang lebih tinggi atau pada daerah lereng pegunungan.
Sehingga, pada saat kejadian laka tersebut, hujan dominan terjadi di wilayah Turi bagian atas atau hulu sungai daripada Turi bagian bawah atau hilir.
Oleh sebab itu, meskipun cuaca yang diprediksikan sama, tetapi kecenderungan terjadi hujan adalah pada wilayah hulu sungai. Lantas, empasan debit air secara pasti akan mengalir ke hilir sungai tersebut.
https://sains.kompas.com/read/2020/02/22/170500623/tragedi-smpn-1-turi-di-sungai-sempor-kok-bisa-banjir-datang-tiba-tiba