KOMPAS.com - Beberapa dekade lalu, mungkin teknologi layar sentuh atau touchscreen hanya bisa dibayangkan di dalam film-film fiksi.
Namun, siapa sangka, teknologi ini kini telah menyatu dalam setiap lini kehidupan manusia.
Berbagai perangkat telah disematkan teknologi ini untuk menunjang seluruh aktivitas sehari-hari. Di antaranya, smartphone (ponsel pintar) menjadi gawai yang tak pernah lepas dalam genggaman, tablet, komputer, smartwatch (jam pintar) dan berbagai perangkat lain.
Bahkan, teknologi layar sentuh telah ada ada di sekitar kita, seperti di rumah, jalan hingga berbagai fasilitas umum lainnya.
Melansir Ars Technica, Rabu (19/2/2020), lahirnya teknologi layar sentuh, seakan membutuhkan beberapa generasi hingga teknologi ini bisa hadir di masa kini.
Sebab, ternyata di tahun 1940-an, teknologi layar sentuh dianggap tak layak unntuk bisa direalisasikan.
Sampai setidaknya pada tahun 1965, E.A Johnson, seorang insinyur asal Inggris menemukan teknologi layar sentuh berbasis jari yang pertama.
Awalnya, Johnson menggambarkan karyanya dalam sebuah artikel Touch Display yang dipublikasikasi dalam Electronics Letters.
Karya ini menampilkan diagram yang menggambarkan jenis mekanisme layar sentuh yang banyak digunakan pada smartphone saat ini, yang dikenal sebagai sentuhan kapasitif.
Dua tahun kemudian, Johnson menguraikan lebih lanjut tentang teknologi dengan foto-foto dan diagram dalam Touch Displayss: A Programmed Man-Machine Interface, yang dipublikasikan di Ergonomics pada 1967.
Panel layar sentuh kapasitif menggunakan insulator, seperti kaca yang dilapisi dengan konduktor transparan seperti indium tin oxide (ITO).
Bagian konduktif biasanya merupakan jari manusia, karena kulit dapat menghasilkan konduktor listrik yang baik.
Namun, teknologi awal yang dikembangkan Johnson saat itu, hanya dapat memproses satu sengtuhan pada satu waktu. Sedangkan, apa yang saat ini kita kenal dengan multi touch, masih berkembang cukup jauh.
Penemuan Johnson, kemudian diadopsi oleh pengontrol lalu lintas udara di London dan digunakan hingga tahun 1990-an.
Kendati cikal bakal teknologi layar sentuh pertama kali ditemukan E.A Johnson, namun teknologi ini terus berkembang.
Tahun 1970-an, layar sentuh resistif ditemukan oleh penemu asal Amerika, Dr. G. Samuel Hurst. Hurst menemukan layar sentuh resistif ini secara tidak sengaja. Temuan ini digambarkan dengan mempelajari fisika atom.
Sam dan timnya menggunakan kertas konduktif elektrik untuk membaca koordinat x dan y. Gagasan itu mengarah ke layar sentuh pertama untuk komputer. Dengan prototipe ini, timnya dapat menghitung dalam beberapa jam apa yang harus diselesaikan berhari-hari.
Saat temuan ini mencoba dipatenkan oleh University of Kentucky, Hurst memiliki ide lain untuk mengembangkan lagi teknologi ini.
Pada tahun 1970, setelah Hurst kembali bekerja di Laboratorium Nasional Oak Ridge (ORNL), dia memulai eksperimen setelah jam kerja.
Di ruang bawah tanahnya, Hurst dan sembilan rekannya dari berbagai bidang keahlian lainnya mencoba memperbaiki apa yang telah diciptakan secara tidak sengaja.
Kelompok itu menyebut proyek yang baru diciptakan itu sebagai Elographics. Timnya juga menemukan bahwa layar sentuh pada monitor komputer dibuat untuk metode interaksi yang sangat baik.
Penemuan ini membantu menemukan apa yang sekarang disebut sebagai teknologi sentuh resistif. Sebab, teknologi ini merespon murni terhadap tekanan daripada konduktivitas listrik, bekerja dengan stylus dan jari.
Teknologi layar sentuh resistif cenderung sangat terjangkau untuk diproduksi. Sebagian besar perangkat dan mesin yang menggunakan teknologi ini dapat ditemukan di restoran, pabrik, dan rumah sakit.
Sebab, teknologi ini cukup tahan lama untuk lingkungan tersebut. Produsen smartphone juga telah menggunakan layar sentuh resistif di masa lalu. Meski kehadiran teknologi layar sentuh resistif saat ini, cenderung terbatas pada ponsel kelas bawah.
https://sains.kompas.com/read/2020/02/20/080200923/penemuan-yang-mengubah-dunia--layar-sentuh-teknologi-fiksi-jadi-nyata