Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kebiasaan Mandi Sekelompok Kuda Nil Cemari Danau Kolombia, Kok Bisa?

Populasi kuda nil yang berjumlah 65 sampai 80 ekor itu juga disebut menimbulkan masalah bagi ekosistem perairan Kolombia. Lebih tepatnya, lingkungan tercemari akibat kotoran kuda nil.

Menurut ahli biologi di University of California, San Diego Jonathan Shurin, pencemaran lingkungan disebabkan oleh kebiasaan kuda nil.

Hewan dengan nama ilmiah Hippopotamus, akan pergi ke daratan untuk makan. Setelah selesai makan, mereka akan kembali lagi ke air sepanjang hari. Di sanalah kuda nil membuang kotoran mereka.

Dilansir Smithsonian Magazine (13/02/2020), perilaku buang air kuda nil Afrika sebenarnya bermanfaat untuk mengangkut nutrisi seperti silikon dari tanah ke air.

Namun, berbeda dengan kuda nil Kolombia yang menjadi spesies invasif.

"Lingkungannya lebih basah dan tingkat air lebih sedikit berubah menurut musim," seperti yang ditulis Shurin dan tim peneliti dalam jurnal Ecology.

Shurin dan tim melakukan penelitian selama dua tahun untuk mengetahui dampak kuda nil bagi Amerika Selatan yang belum jelas.

Para peneliti mengambil sampel air dari 14 danau kecil di sekitar Hacienda Nápoles. Mereka membandingkan kualitas air, kadar oksigen, dan tanda isotop stabil di danau.

Hasilnya, mereka menemukan bahwa cyanobacteria - juga dikenal sebagai ganggang biru hijau - lebih banyak ditemukan di danau yang dipenuhi oleh kuda nil.

Hal ini kemungkinan karena nutrisi dalam jumlah massal dari kotoran kuda nil justru membuahi bakteri.

Hal ini membuat Shurin dan tim kebingungan karena dapat menyebabkan masalah seperti eutrofikasi, atau produksi ganggang berlebih.

Jika produksi ganggang berlebih terjadi, dikhawatirkan akan menyebabkan ganggang berbahaya yang mirip dengan pasang merah.

Tanda-tanda lain juga menunjukkan bahwa hewan-hewan tersebut mengubah kimiawi badan air setempat.

Menurut Jessica Leigh Hester dari Atlas Obscura, di habitat kuda nil, jumlah oksigen terlarut kadang-kadang turun di bawah tingkat yang bisa dihinggapi ikan.

Terlebih lagi, saat tubuh besar kuda nil bergerak, mereka dapat mengubah lingkungan dengan cara menciptakan saluran atau wadah yang membuat lebih banyak air berkumpul.

"Itu dapat membuat hidup lebih sulit bagi tumbuhan dan hewan yang telah beradaptasi dengan ekosistem tanpa mamalia besar dan bergigi," tulis Hester.

Shurin mencatat bahwa perbedaan yang dia amati antara danau dan kuda nil adalah "terukur, tetapi tidak dramatis."

Jumlah dan variasi invertebrata atau zooplankton tampaknya belum terpengaruh. Namun, itu mungkin berubah saat hewan terus bertambah banyak.

Shurin juga mengungkapkan bahwa jika dibiarkan berkembang biak tanpa pengawasan, kemungkinan ada ribuan kuda nil dalam beberapa dekade mendatang.

"Efek dari kuda nil pada lingkungan perairan yang kami amati menunjukkan bahwa pertumbuhan populasi yang berkelanjutan merupakan ancaman terhadap kualitas air di danau dan sungai ketika mereka memperluas jangkauan mereka di seluruh DAS Magdalena Medio dan berpotensi menjajah wilayah baru di lereng Karibia Kolombia," dia dan rekan-rekannya menulis dalam studi baru.

Oleh karena itu, tindakan yang harus dilakukan pada kuda nil adalah mensterilkan mereka, menangkap dan memindahkan mereka, atau pilihan paling buruk membunuh mereka.

Namun, Shurin mengatakan pilihan membunuh bukanlah hal yang tepat karena banyak wisatawan menyukai kuda nil.

Tetapi mempermasalahkan makhluk yang mudah menguap sehingga mereka dapat dipindahkan atau dikebiri itu menantang, berbahaya, dan mahal.

Proses memindahkan satu kuda nil remaja ke kebun binatang Kolombia pada tahun 2018 menelan biaya sekitar 4.500 dollar AS atau sekitar Rp 61,5 juta, lapor National Geographic.

"Studi ini menunjukkan bahwa ada beberapa urgensi untuk memutuskan apa yang harus dilakukan tentang mereka" katanya.

https://sains.kompas.com/read/2020/02/17/173200823/kebiasaan-mandi-sekelompok-kuda-nil-cemari-danau-kolombia-kok-bisa-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke