KOMPAS.com – ‘Jatuh cinta, berjuta rasanya’, begitu kata Titiek Puspa. Anda hampir pasti pernah jatuh cinta, mungkin bisa beberapa kali sejauh ini.
Perasaan tersebut sulit dijelaskan secara ilmiah. Padahal, perasaan tersebut merupakan efek dari beberapa jenis hormon yang mengalir dalam tubuh.
Ketertarikan
Mengutip The Independent, Jumat (14/2/2020), ketika kita tertarik terhadap seseorang, serangkaian zat kimia terlepas dalam otak.
Dopamine adalah salah satunya, yang menyebabkan perasaan bahagia dan berujung pada berkurangnya nafsu makan dan kesulitan tidur.
Nafsu
Ketika kita mencapai masa pubertas, hormon testosteron (pria) dan esterogen (wanita) mulai aktif. Hormon-hormon ini menimbulkan sebuah keinginan untuk pengalaman bercinta, sehingga kita mulai mencari pasangan.
Orang seperti apa yang mengeluarkan rasa nafsu tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Penampilan dan kepribadian memiliki peran penting.
Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa kita cenderung tertarik dengan orang yang mengingatkan kita terhadap orangtua baik ayah maupun ibu.
Ikatan resmi
Agar sebuah hubungan percintaan berlangsung lama, kita menginginkan sebuah keterikatan dengan pasangan. Dua hormon yang paling berperan dalam keinginan ini aalah oksitosin dan vasopressin.
Oksitosin dikeluarkan ketika kita menerima pelukan, ciuman, dan berhubungan intim. Hormon ini membantu kita untuk membentuk kepercayaaan satu sama lain.
Sementara itu, hormon vasopressin berperan dalam mengatur retensi air dalam tubuh. Vasopressin dilepaskan saat berhubungan intim, dan mendorong kita untuk monogami.
Endorfin juga memegang peranan penting dalam pembentukan ikatan resmi ini. Endorfin menghasilkan rasa aman dan nyaman ketika hormon tersebut dilepaskan.
https://sains.kompas.com/read/2020/02/14/180500923/hari-valentine-ini-alasan-ilmiah-mengapa-manusia-jatuh-cinta