Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ada di Tas Lucinta Luna, Apa Itu Obat Tramadol yang Bikin Kecanduan?

KOMPAS.com - Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus mengatakan, selebritas Lucinta Luna ditangkap polisi karena kasus narkoba.

Dia diamankan di apartemen Thamrin City.

Yusri mengatakan, Lucinta positif menggunakan narkoba jenis psikotropika.

Hasil tes urine Lucinta Luna menunjukkan positif zat benzodiazepin. Sebagai informasi benzodiazepin adalah jenis obat yang memiliki efek sedatif atau menenangkan.

"Yang bersangkutan dibawa ke Polres Jakarta Barat, dilakukan tes urine. Inisial LL positif mengandung benzodiazepin. Itu masuk dalam golongan psikotropika," kata Yusri kepada wartawan, Selasa (11/2/2020).

Selain itu, Yusri juga mengungkap temuan obat penenang lain di dalam tas Lucinta.

Obat penenang yang ditemukan di dalam tas Lucinta Luna adalah tramadol dan riklona. Menurut Yusri, kedua obat itu masuk dalam golongan psikotropika.

"Juga didapat ada dua jenis obat di dalam tas dari LL tersebut, yang pertama tramadol dan riklona. Ini adalah obat-obat penenang yang masuk kedalam golongan psikotropika," ucap Yusri di Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan.

Lantas, apa itu obat tramadol dan bagaimana efek sampingnya?

Mengenal tramadol

Dilansir WebMD, tramadol adalah obat yang biasanya digunakan untuk membantu meringankan rasa sakit sedang hingga berat.

Situs kesehatan itu mengatakan, tramadol mirip dengan analgesik opioid (narkotika).

Tramadol dapat memengaruhi otak yang akhirnya mengubah bagaimana tubuh merasakan dan merespons rasa sakit.

Tramadol pada dasarnya bukan obat sembarangan yang bisa dibeli bebas.

Penggunaan obat tramadol harus sesuai dengan resep dokter dan apoteker. Pasalnya, dosis tramadol disesuaikan dengan kondisi medis pasien dan respons terhadap perawatan.


Efek samping tramadol

Dilansir drugs.com, beberapa orang yang mengonsumsi tramadol bisa mengalami reaksi alergi seperti gatal-gatal, sulit bernafas, bengkak di wajah atau tenggorokan.

Selain itu, ada juga yang mengalami reaksi kulit yang parah (termasuk sensasi terbakar di mata, sakit kulit, kulit merah, atau ungu di mata Anda). Ada juga yang mengalami ruam yang menyebar dan menyebabkan kulit lepuh hingga mengelupas.

Seperti obat-obatan narkotika lainnya, tramadol dapat memperlambat pernapasan Anda. Kematian dapat terjadi jika pernapasan menjadi terlalu lemah.

Seseorang yang merawat Anda harus mencari pertolongan medis darurat jika Anda memiliki pernapasan lambat dengan jeda panjang, bibir berwarna biru, atau jika Anda sulit untuk bangun.

Hubungi dokter jika Anda mengalami:

  • Napas berisik, desah, napas pendek, pernapasan yang berhenti saat tidur
  • Denyut jantung lambat atau denyut nadi lemah
  • Merasa pusing seperti akan pingsan
  • Kejang
  • Melewatkan periode menstruasi
  • Impotensi, masalah seksual, kehilangan minat dalam seks
  • Mual, muntah, kehilangan nafsu makan, pusing, kelelahan atau kelemahan yang memburuk.

Cari pertolongan medis segera jika Anda memiliki gejala sindrom serotonin, seperti: agitasi, halusinasi, demam, berkeringat, menggigil, detak jantung yang cepat, kekakuan otot, berkedut, kehilangan koordinasi, mual, muntah, atau diare.

Efek samping yang serius lebih mungkin terjadi pada orang dewasa yang lebih tua dan mereka yang kelebihan berat badan, kurang gizi, atau lemah.

Penggunaan jangka panjang dari obat opioid dapat mempengaruhi kesuburan (kemampuan untuk memiliki anak) pada pria atau wanita. Tidak diketahui apakah efek opioid pada kesuburan bersifat permanen.

Efek samping tramadol yang umum dapat meliputi:

  • sembelit, mual, muntah, sakit perut
  • pusing, kantuk, kelelahan
  • sakit kepala
  • gatal.

Agar tidak ada efek samping, dokter akan menyarankan untuk mengonsumsi obat tramadol dari dosis rendah kemudian secara bertahap ditingkatkan dosisnya.


Dosis maksimum yang disarankan adalah 400 miligram per hari.

Jika usia pasien yang mengonsumsi tramadol di atas 75 tahun, dosis maksimumnya 300 miligram per hari.

"Jangan menambah dosis Anda, minum obat lebih sering, atau meminumnya untuk waktu yang lebih lama dari yang ditentukan," tulis WebMD.

Obat penghilang nyeri seperti tramadol baiknya dikonsumsi saat gejala awal rasa sakit muncul. Jika menunggu sampai rasa sakitnya memburuk, obatnya tak akan bekerja.

Selain itu, menghentikan konsumsi tramadol secara mendadak akan memicu munculnya sindrom withdrawal atau kondisi yang menggambarkan kekambuhan penyakit setelah penghentian terapi.

Gejala sindrom withdrawal antara lain gelisah, perubahan mental atau mood (termasuk cemas, sulit tidur, dan muncul pikiran ingin bunuh diri), mata berair, pilek, mual, diare, berkeringat, sakit otot, dan tiba-tiba perilaku berubah.

Tramadol memang membantu banyak pasien dalam mengobati rasa sakit. Obat ini bahkan diberikan bagi mereka yang baru saja melakukan operasi medis.

Namun, obat ini juga dapat menyebabkan kecanduan. Risiko kecanduan lebih tinggi jika Anda memiliki gangguan penggunaan narkoba (terlalu sering memakai atau kecanduan obat-obatan terlarang).

Dengan mengonsumsi tramadol sesuai resep dokter, maka dapat mengurangi risiko kecanduan. Tanyakan pada dokter atau apoteker untuk lebih jelasnya.

https://sains.kompas.com/read/2020/02/12/170500023/ada-di-tas-lucinta-luna-apa-itu-obat-tramadol-yang-bikin-kecanduan-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke