KOMPAS.com - Lebih dari 1.000 orang di seluruh dunia meninggal karena virus corona Wuhan (novel coronavirus 2019-nCoV).
Sebagian besar yang meninggal akibat virus ini adalah orang lanjut usia (lansia) dan usia dewasa.
Terlepas dari itu, ada satu kelompok yang "lolos" dari wabah mematikan ini atau paling tidak dengan korban minimal, yakni anak-anak.
Semua orang dapat terinfeksi virus corona Wuhan tanpa kecuali. Di antara lebih dari 40.000 orang yang positif terinfeksi virus ini, setidaknya dua bayi yang baru lahir di China juga terinfeksi.
Namun menurut artikel yang terbit di jurnal American Medical Association edisi (5/2/2020), anak-anak adalah kelompok yang bisa disebut lolos dari virus corona Wuhan.
Daya yang dianalisis dalam artikel itu menemukan, usia rata-rata pasien terinfeksi virus corona Wuhan antara 49-56 tahun.
Sebenarnya belum jelas kenapa anak-anak bisa terhindar dari dampak buruk virus yang dijuluki 2019-nCoV ini.
Namun, pola yang sama juga berlaku untuk banyak penyakit menular biasa seperti cacar air dan campak, hingga penyakit yang baru muncul seperti sindrom pernapasan akut (SARS) dan sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS).
Setidaknya para ahli memiliki tiga dugaan kenapa anak-anak dapat "lolos" dari infeksi penyakit:
1. Sistem imun bawaan
"Kami tidak sepenuhnya memahami fenomena ini. Mungkin karena ada perbedaan dalam respon imun anak dibanding orang dewasa," kata dr. Andrew Pavia, Kepala Divisi Penyakit Menular ANak du Universitas Utah, dilansir Live Science, Selasa (11/2/2020).
"Satu hipotesis yang dimiliki adalah respons imun bawaan, yakni respons dini yang ditujukan untuk kelompok patogen cenderung lebih aktif pada anak-anak," terang Andrew Pavia.
Patogen adalah organisme hidup kecil seperti bakteri, virus, parasit, hingga jamur yang bisa membuat seseorang sakit.
Sementara sistem imun bawaan adalah garis pertahanan pertama melawan patogen. Sel-sel dalam sistem imun bawaan itu akan segera menanggapi jika ada penjajah asing.
Sebaliknya, sistem imun adaptif perlu belajar mengenali patogen dengan spesifik. Artinya, sistem imun adaptif perlu waktu lebih banyak untuk menanggapi sesuatu yang asing.
Jika respon imun bawaan lebih kuat pada anak-anak yang terpapar 2019-nCoV, maka imun dalam tubuh anak mungkin lebih mudah melawan infeksi dibanding orang dewasa. Sebagai dampaknya, anak-anak hanya akan mengalami gejala ringan dan cepat sembuh.
Ahli epidemiologi di Temple University College of Public Health, Krys Johnson mengatakan bahwa virus corona lain, termasuk SARS dan MERS juga menunjukkan pola yang sama pada anak.
"Kasus virus corona yang sedang muncul saat ini, bukanlah anak-anak tidak memiliki gejala sama sekali, mereka sebenarnya mengalami pneumonia virus. Ini merujuk pada adanya cairan yang menginfeksi paru-paru," kata Johnson kepada Live Science.
"Namun karena sistem kekebalan anak sangat kuat, dampak paparan virus corona baru ini tak seperti orang dewasa," imbuh dia.
Johnson juga mengatakan, orang dewasa 25 kali lebih mungkin meninggal akibat cacar dibanding anak-anak.
Selain itu, anak-anak juga lebih mampu menangani influenza dibanding orang dewasa. Tingkat kematian akibat flu musiman pada orang dewasa, 10 kali lipat dari angka kematian pada anak-anak.
Andrew Pavia mengatakan, anak-anak juga berpeluang terpapar penyakit pernapasan seperti orang dewasa.
Namun mungkin karena sistem imun bawaan tadi, anak-anak lebih mudah sembuh dibanding orangtua atau kakek nenek mereka.
2. Sistem pernapasan yang lebih sehat
Selain sistem imun bawaan, ada alasan lain yang mungkin bisa menjelaskan ketahanan anak dari penyakit menular.
Salah satunya, mungkin anak-anak memiliki saluran pernapasan yang lebih sehat karena mereka lebih jarang terpapar asap rokok dan polusi udara dibanding orang dewasa.
3. Anak lebih sehat secara umum
Johnson berkata, faktor lain mungkin karena anak-anak lebih sehat secara umum, dengan lebih sedikit kondisi kesehatan kronis.
Dalam wabah SARS tahun 2003 dan wabah MERS 2012, orang dewasa dengan kondisi kesehatan kronis memiliki risiko kematian yang lebih tinggi dibanding orang dewasa sehat.
Kondisi kesehatan kronis itu mencakup berbagai hal termasuk diabetes hingga gangguan autoimun hingga penyakit kardiovaskular, atau bahkan obesitas.
"Orang dewasa juga lebih rentan terhadap respons kekebalan yang merusak yang menyebabkan kondisi yang disebut sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS)," kata Dr. James Cherry, profesor pediatri dan penyakit menular di Geffen School of Medicine UCLA.
Ketidakseimbangan rumit dari aktivitas sel kekebalan mengirimkan peradangan di paru-paru menjadi overdrive, pada akhirnya menyebabkan cairan untuk mengisi alveoli, atau kantung udara, menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Annals of Translational Medicine.
Sel darah merah mengalir ke alveoli ini untuk mengambil oksigen baru.
Ketika mereka kantung banjir, mereka berhenti bekerja. Orang itu tidak bisa lagi bernapas. Studi menunjukkan bahwa sekitar 40 persen orang dengan ARDS meninggal.
"ARDS sering fatal pada orang dewasa dengan coronavirus SARS," kata Cherry kepada Live Science.
"Padahal meskipun anak-anak (dengan SARS) menderita pneumonia, mereka tidak mengalami komplikasi imunologis yang dimiliki orang dewasa,""imbuh dia.
https://sains.kompas.com/read/2020/02/11/122800623/3-alasan-yang-buat-anak-terhindar-dari-wabah-virus-corona-wuhan