KOMPAS.com – Batuk terus-menerus, nyeri dada, merasakan kelelahan berlebih, dan sesak napas merupakan beberapa gejala yang tidak bisa dianggap remeh. Bisa saja, gejala tersebut merupakan gejala munculnya kanker paru pada diri seseorang.
Di Indonesia, menurut International Agency for Research on Cancer (IARC), Global Cancer Observatory 2018 menyatakan terdapat sebanyak 30.023 jiwa penderita kanker paru dengan angka kematian mencapai 26.095 jiwa.
Pada umumnya, kanker paru tidak akan menampakkan gejala yang serius hingga tahap menengah, hanya gejala ringan pada masa awal.
Gejala spesifik pada kanker paru terdeteksi setelah penderita memasuki stadium akhir. Hal ini yang kemudian mengakibatkan mortality rate untuk kanker paru di Indonesia cukup besar.
Terdapat beberapa pengobatan kanker paru yang bisa dilakukan oleh pasien. Untuk penjelasan lebih lanjut, simak ulasan Kompas.com berikut.
1. Kemoterapi
Kemoterapi adalah salah satu terapi yang kerap digunakan pasien untuk melawan kanker. Terapi ini menggunakan sejumlah obat untuk membunuh sel kanker atau menghentikannya tumbuh dan menyebar ke bagian tubuh lain.
Melansir Kompas.com, Jumat (14/8/2019), ada beberapa jenis obat yang dipakai dalam kemoterapi. Obat tersebut bisa berbentuk cairan atau pil. Untuk dosis dan penggunaan obatnya, tergantung dari anjuran yang dokter berikan, bisa harian, mingguan, atau bulanan.
Setelah beberapa kali pengobatan kemoterapi, dokter akan mengetahui respons tubuh pasien terhadap pengobatan itu.
Adapun cara mengetahuinya melalui tes darah atau pemindaian tubuh untuk mengetahui apakah sel tumor sudah berkurang atau belum.
Meskipun menjadi pengobatan yang sering dilakukan pasien, kemoterapi punya beberapa kelemahan. Salah satunya adalah besarnya efek samping yang dihasilkan.
Efek samping muncul karena obat-obatan yang dikonsumsi tidak memiliki kemampuan membedakan sel kanker yang berkembang pesat secara abnormal dengan sel sehat yang secara normal juga memiliki perkembangan pesat, seperti sel darah, sel kulit, serta sel-sel yang ada di dalam perut.
Adapun beberapa efek samping yang dialami pasien di antaranya rambut rontok, nyeri di sebagian tubuh, kehilangan nafsu makan, mual, muntah, sesak napas, kelainan detak jantung, dan merasakan lelah serta lesu sepanjang hari.
2. Radioterapi
Pengobatan yang bisa dilakukan pasien kanker paru lainnya adalah radioterapi. Terapi ini menggunakan partikel berenergi tinggi atau gelombang untuk menghancurkan atau merusak sel-sel kanker.
Menurut artikel Kompas.com, Rabu (10/10/2018), radioterapi merupakan salah satu pengobatan kanker yang cukup umum, baik itu dilakukan terpisah atau bersamaan dengan pengobatan lainnya.
3. Terapi Target
Terapi target adalah metode pengobatan penyakit kanker paru-paru yang menggunakan obat-obatan untuk menghambat pertumbuhan dan penyebaran sel kanker.
Prosedur ini sebenarnya mirip dengan kemoterapi. Hanya saja setiap pasien mendapat pengobatan yang berbeda dan pemberian obat dilakukan pada sel yang abnormal.
Pasalnya, pengobatan ini harus disesuaikan dengan marker molekuler dari mutasi sel. Salah satu terapi target yang berhasil dan tersedia obatnya di Indonesia adalah penghambat Epidermal Growth Factor Receptor (EGFR).
4. Imuno Onkologi
Di Indonesia, terapi imuno onkologi merupakan standar pengobatan terkini untuk kanker paru.
Namun demikian, pengobatan ini masih diperuntukkan bagi penderita kanker stadium empat atau setelah pengobatan lini pertama seperti pembedahan dan kemoterapi belum berhasil mengalahkan sel kanker penderita.
Kepala Divisi Hematologi-Onkologi Medik, Departemen Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran (FK) Universtas Gadjah Mada (UGM), dr. Johan Kurnianda, SpPD, KHOM, FINASIM, menjelaskan pada prinsipnya imuno onkologi adalah suatu konsep pengobatan yang mengandalkan kemampuan dari sistem kekebalan tubuh atau sistem imun dalam melawan benda asing.
“Kenapa muncul konsep seperti itu? Karena kanker mempunyai dua kemampuan utama, yaitu menghindari atau sembunyi dari sistem kekebalan tubuh kita dan kedua mampu melemahkan suatu sel di dalam sistem kekebalan tubuh yang disebut dengan Sel T,” ujar dr Johan kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Selasa (19/11/2019).
Saat ini, pengobatan imuno onkologi yang telah banyak dipakai adalah checkpoint inhibitor yang salah satunya adalah anti PD-1. Mekanisme kerja dari anti-PD1 ini adalah mencegah kematian sel limfosit T akibat proses perusakan yang dilakukan oleh sel kanker.
Jenis kanker yang terbukti bisa dilakukan terapi imuno onkologi adalah kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK) atau non-small cell lung cancer (NSCLC).
Salah satu penelitian terbaru, yakni Keynote-001 membuktikan bahwa penderita kanker paru stadium 4 dengan kadar tersebut apabila diberikan penanganan imuno onkologi harapan hidupnya meningkat.
“Dari yang tadinya dalam 5 tahun kurang dari 5 persen harapan untuk hidup, kini berlipat ganda sebesar 5 kali menjadi 25 persen,” jelas dokter yang bertugas di RS Sardjito Yogyakarta ini.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai pengobatan imuno onkologi, silakan berkunjung ke laman www.lawankankerdaridalam.com.
https://sains.kompas.com/read/2020/02/07/081100923/mengenal-beberapa-pengobatan-kanker-paru-nomor-4-paling-baru