Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Jantung Nitrogen Pluto Ungkapkan Kemiripan Planet Kerdil dengan Bumi

KOMPAS.com - Sebuah studi mengungkap struktur berbentuk hati dari nitrogen beku ternyata menjadi biang yang mengendalikan angin di permukaan Pluto.

Akibatnya, angin tersebut menimbulkan corak pada permukaan planet kerdil ini.

Melansir Science Daily, Kamis (6/2/2020), struktur bernama Tombaugh Regio ini menjadi terkenal setelah misi New Horizons Nasa menangkap gambar dari planet kerdil itu pada 2015 lalu.

Hasil pengamatan itu mematahkan anggapan ilmuwan tentang gambar dari Pluto yang diperkirakan sebagai dunia tandus.

Penelitian baru akhirnya menunjukkan jantung nitrogen Pluto yang terkenal itu mengatur sirkulasi atmosfernya.

Ciri yang sama dengan Bumi

Melalui temuan tersebut, dapat menjadi pedoman untuk menunjukkan ciri-ciri yang sama dan khas, antara Bumi dan planet kerdil yang jaraknya bermil-mil jauhnya.

Gas nitrogen yang dimiliki Pluto, juga merupakan unsur yang terkandung dalam udara Bumi.

Namun, di planet kerdil ini, gas nitrogen sebagian besar berada di atmosfer tipis Pluto. Bersama dengan sejumlah kecil karbon monoksida dan metana gas rumah kaca.

Nitrogen beku juga menutupi sebagian permukaan Pluto dalam bentuk hati. Pada siang hari, lapisan tipis es nitrogen ini akan menghangat dan berubah menjadi uap.

Sedangkan pada malam hari, uap mengembun dan kembali membeku menajdi es. Setiap urutan tersebut, memompa angin nitrogen di sekitar planet Pluto.

Penelitian baru di AGUS's Journal of Geophysical Research: Planets ini menunjukkan siklus tersebut mendorong atmosfer Pluto untuk bersirkulasi dalam arah berlawanan dari putarannya. Sebuah fenomena unik yang kemudian disebut dengan rotasi retro.

Ketika cambuk udara dekat dengan permukaan Pluto mengangkat panas, butiran es dan partikel kabut untuk menciptakan garis-garis dan dataran angin yang gelap melintasi wilayah utara dan barat laut.

"Ini menyoroti fakta bahwa atmosfer dan angin Pluto, bahkan jika kepadatan atmosfer sangat rendah. Dapat berdampak pada permukaan," ujar Tanguy Bertrand, seorang astrofisikawan dan ilmuwan planet di Pusat Penelitian Ames NASA di California.

Sebagian besar es nitrogen Pluto terbatas pada Tombaugh Regio.

Lobus kiri adalah lapisan es 1.000 kilometer yang berada di cekungan sedalam tiga kilometer yang disebut Sputnik Planitia.

Bertrand menambahkan sebelum pesawat New Horizons diterbangkan ke Pluto, semua orang berpikir planet kerdil ini akan menjadi bola jaring yang benar-benar datar.

"Tetapi itu sama sekali berbeda. Ada banyak pemandangan berbeda dan kami berusaha memahami apa yang terjadi di sana," sambung Bertrand.

Bertrand dan rekan-rekannya berangkat untuk menentukan bagaimana sirkulasi udara di Pluto yang 100.000 kali lebih tipis dari Bumi itu dapat membentuk fitur di permukaan.

Tim menarik data dari penerbangan New Horizons tahun 2015 untuk menggambarkan topografi Pluto dan selimut es nitrogennya.

Mereka kemudian mensimulasikan siklus nitrogen dengan model prakiraan cuaca dan menilai bagaimana angin bertiup di permukaan.

Para peneliti juga menemukan arus kuat udara yang bergerak cepat dan dekat permukaan di sepanjang batas barat cekungan Sputnik Planitia.

Kelompok itu menemukan angin Pluto bertiup ke barat dalam rotasi retro selama sebagian besar tahun. Putaran angin itu berlawanan dari putaran timur planet kerdil itu.

Menurut penelitian baru ini, ketika nitrogen di dalam Tombaugh Regio menguap di utara dan menjadi es di selatan, gerakannya memicu angin ke arah barat.

Ilmuwan mengungkapkan tidak ada tempat lain di tata surya yang memiliki atmosfer seperti itu, kecuali mungkin bulan Neptunus, Triton.

Peneliti juga menemukan arus udara yang cukup kuat bergerak cepat dan dekat permukaan di sepanjang batas barat cekungan Sputnik Planitia.

Menurut peneliti, aliran tersebut mirip dengan pola angin di Bumi, seperti Kuroshio di sepanjang tepi timur Asia.

Seorang ilmuwan planet dengan Planetary Science Institute di Tucson, Arizona yang tidak terlibat dengan penelitian tersebut, Candice Hansen-Koharcheck menyebut ini sebuah studi yang menarik.

"Ini sangat mirip dengan topografi atau pengaturan khusus. Saya terkesan bahwa model Pluto telah maju ke titik di mana Anda dapat berbicara tentang cuaca regional," ujar Hansen-Koharcheck.

Pola angin yang berasal dari jantung nitrogen Pluto ini dapat menjelaskan mengapa planet kerdil ini menjadi tempat dataran gelap dan terbentuknya garis-garis angin di sebelah barat Sputnik Planitia.

https://sains.kompas.com/read/2020/02/06/193200223/jantung-nitrogen-pluto-ungkapkan-kemiripan-planet-kerdil-dengan-bumi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke