KOMPAS.com - Mungkin pemeriksaan kesehatan untuk deteksi penyakit kronis menggunakan MRI atau CT Scan. Namun, belakangan PET Scan mulai dikenal sebagai teknologi canggih di dunia kedokteran.
Lalu apa itu PET Scan?
PET Scan (positron emission tomography) ini adalah tes pencitraan yang memungkinkan dokter memeriksa penyakit yang ada pada organ maupun jaringan tubuh Anda.
Pemeriksaan ini menggunakan sinar radioaktif, dengan menyuntikkan cairan khusus yang mengandung zat radioaktif ke dalam tubuh.
Melansir Healthline, Rabu (5/2/2020), ketika terdeteksi oleh alat ini, maka pelacak yang ditanam tersebut akan membantu dokter melihat apakah organ dan jaringan tubuh bekerja dengan baik.
Alat pemindai ini akan melihat aktivitas pada area di organ atau jaringan tertentu yang menunjukkan adanya aktivitas kimia yang tinggi.
Jika ditemukan aktivitas kimia yang lebih tinggi, maka area penyakit tersebut akan muncul sebagai titik terang pada PET scan.
PET Scan dapat mengukur aliran darah, penggunaan oksigen, dan bagaimana tubuh mengolah gula, serta berbagai aktivitas lainnya.
Seberapa penting PET scan dilakukan?
PET scan biasanya merupakan prosedur pemeriksaan rawat jalan. Artinya, Anda dapat menjalani aktivitas seperti biasa, setelah melakukan tes ini.
Bahkan, di Inggris sekitar 2 juta prosedur PET scan dilakukan setiap tahunnya.
Dokter mungkin akan meminta pemeriksaan kesehatan menggunakan PET scan untuk memeriksa aliran darah, asupan oksigen atau metabolisme organ dan jaringan.
PET scan akan menunjukkan masalah pada tingkat sel, memberi pandangan pada dokter tentang suatu penyakit, terutama penyakit kronis.
Sebagian besar PET scan banyak digunakan untuk mendeteksi penyakit kanker, masalah jantung hingga gangguan otak, termasuk masalah dengan sistem saraf pusat. Antara lain seperti penyakit Alzheimer, depresi, epilepsi maupun penyakit Parkinson.
Beda PET scan dengan MRI dan CT scan
PET scan dan MRI (Magnetic resonance imaging) maupun CT (Computerized tomography) scan merupakan serangkaian prosedur tes kesehatan untuk mengetahui suatu penyakit tertentu yang ada di dalam tubuh.
Namun, pada PET scan deteksi yang dilakukan akan menunjukkan perubahan metabolisme yang terjadi pada tingkat sel dalam suatu organ atau jaringan. Sebab, penyakit sering dimulai pada tingkat sel.
Sedangkan pada MRI dan CT scan tidak dapat mengungkapkan masalah pada tingkat sel. Kedua tes ini juga hanya mendeteksi perubahan di kemudian hari.
Padahal, penyakit dapat mengubah struktur organ atau jaringan Anda. Sementara pada PET scan, akan mendeteksi perubahan yang sangat dini dalam suatu sel.
Deteksi penyakit pada tingkat sel dapat memberikan pandangan terbaik bagi dokter tentang penyakit sistemik yang kompleks.
Misalnya, pada penyakit jantung koroner, tumor otak, gangguan memori maupun gangguan kejang, seperti epilepsi.
Dalam banyak kasus, dimungkinkan untuk menerima PET-CT maupun PET-MRI scan. Di mana pada CT scan akan menggunakan peralatan sinar X khusus untuk menghasilkan gambar bagian dalam tubuh.
Sedangkan pada MRI menggunakan medan magnet dan frekuensi getaran radio untuk membuat gambar struktur internal seperti organ, jaringan lunak dan tulang.
Namun, ketika salah satu dari pemindaian itu dilakukan bersamaan dengan PET scan, maka hasilnya adalah penggabungan gambar (image fusion).
Gambar kombinasi komputer dari dua hasil pemindaian menciptakan gambar tiga dimensi (3D) yang akan menunjukkan lebih banyak informasi dan memungkinkan diagnosis yang lebih tepat.
Gallium scan memiliki kemiripan dengan PET scan karena melibatkan injeksi zat gallium, yakni zat pelacak radioaktif.
Biasanya, Gallium scan dilakukan satu hingga tiga hari setelah pelacak diberikan, jadi ini proses tes multiday.
Risiko PET scan bagi tubuh
Kendati PET scan melibatkan zat radioaktif, namun paparan radiasi yang diakibatkan masih relatif aman bagi tubuh.
Menurut Mayo Clinic, jumlah radiasi dalam zat radioaktif yang diserap tubuh masih wajar, tetapi tidak ada salahnya untuk dikonsultasikan lebih dulu kepada dokter yang menangani.
Zat radioaktif sebagai pelacak, pada dasarnya adalah glukosa dengan komponen radioaktif yang dipasang.
Oleh karena itu, zat tersebut dapat dieliminasi oleh tubuh dengan mudah, bahkan jika Anda memiliki riwayat penyakit ginjal maupun diabetes.
Kendati demikian, PET scan tidak dianjurkan untuk dilakukan pada orang-orang dengan kriteria ini.
Sebelum melakukan prosedur PET scan, dokter biasanya akan meminta Anda untuk tidak melakukan aktivitas fisik yang berat.
Misalnya aktivitas olahraga dalam 24-48 jam sebelum tes dilakukan. Pasien juga akan diminta untuk tetap diet rendah karbohidrat tanpa gula.
Selama PET scan dilakukan, tidak diperkenankan juga untuk makan, namun masih boleh untuk meminum beberapa teguk air putih.
https://sains.kompas.com/read/2020/02/05/183200723/mengenal-pet-scan-dari-manfaat-keunikan-hingga-risikonya