KOMPAS.com – Di Indonesia, metode pengobatan imuno onkologi untuk kanker paru masih diperuntukkan bagi penderita kanker stadium empat atau setelah pengobatan lini pertama, seperti pembedahan dan kemoterapi yang belum berhasil mengalahkan sel kanker penderita.
Kepala Divisi Hematologi-Onkologi Medik, Departemen Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Gadjah Mada (UGM), dr. Johan Kurnianda, SpPD, KHOM, FINASIM, menjelaskan pada prinsipnya imuno onkologi adalah suatu konsep pengobatan yang mengandalkan kemampuan dari sistem kekebalan tubuh atau sistem imun dalam melawan benda asing.
“Kenapa muncul konsep seperti itu? Karena kanker mempunyai dua kemampuan utama, yaitu menghindari atau sembunyi dari sistem kekebalan tubuh kita dan kedua mampu melemahkan suatu sel di dalam sistem kekebalan tubuh yang disebut dengan Sel T,” imbuhnya, Selasa (19/11/2019).
Oleh karena itu, Sel T tersebut diperkuat sehingga fungsi sebagai eksekutor untuk melawan atau menghancurkan sel kanker dapat lebih optimal.
“Bila dua kemampuan sel kanker itu dibiarkan, maka kemudian kanker bisa bertahan pada tubuh penderita dan mulai berkembang biak sehingga selnya terus bertumbuh kembang,” terang dr. Johan.
Ada syaratnya
Saat ini, pengobatan imuno onkologi yang telah banyak dipakai adalah check point inhibitor.
Jenis kanker yang terbukti bisa dilakukan terapi imuno onkologi adalah kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK) atau non-small cell lung cancer (NSCLC).
Dr. Johan melanjutkan, menurut penelitian yang dilakukan oleh para ahli onkologi, tingkat kematian yang dialami oleh penderita kanker paru cukup besar, yakni mencapai 90 persen.
“Ini artinya, 9 dari 10 penderita kanker paru akan meninggal karena penyakitnya, tapi ini sebelum adanya imuno onkologi,” jelasnya.
Setelah dilakukan imuno onkologi, mortality rate atau tingkat kematian pasien berkurang secara signifikan.
Sudah ada beberapa penelitian yang dilakukan terkait imuno onkologi ini. Salah satu penelitian terbaru diterbitkan di North England Journal of Medicine pada 2016.
Penelitian tersebut membuktikan bahwa penderita kanker paru stadium 4 dengan kadar tersebut apabila diberikan penanganan imuno onkologi harapan hidupnya meningkat.
“Dari yang tadinya dalam 5 tahun kurang dari 5 persen harapan untuk hidup, kini berlipat ganda sebesar 5 kali menjadi 25 persen,” jelas dokter yang bertugas di RS Sardjito Yogyakarta ini.
Selain lebih baik dalam hal rata-rata tingkat harapan hidup (median overall survival rate), pengobatan imuno onkologi juga lebih baik dalam hal efek samping.
Dr. Johan mengatakan bahwa pengobatan imuno onkologi profil efek sampingnya jauh lebih bisa diterima daripada efek samping pengobatan kemoterapi yaitu hanya menimbulkan pusing dan mual.
Untuk mengetahui informasi lebih lanjut mengenai pengobatan imuno onkologi, Anda juga bisa berkunjung ke laman www.lawankankerdaridalam.com.
https://sains.kompas.com/read/2020/02/05/132100423/imuno-onkologi-dipraktikkan-di-indonesia-ini-pendapat-dokter-spesialis