Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Font Huruf pada Kampanye Politik, Mungkinkah Ada Makna Dibaliknya?

KOMPAS.com - Seringkali penggunaan font atau karakter huruf dianggap sebagai daya tarik, terutama saat digunakan untuk jargon di dunia politik.

Namun ternyata menurut sebuah studi psikologi, melansir Science Alert, Senin (3/2/2020), menunjukkan arti yang berbeda.

Jenis huruf yang dilihat pada stiker atau atribut kampanye politik, mungkin memiliki makna tersembunyi bagi pemilih.

Hipotesa dari studi psikologi yang diterbitkan dalam Communication Studies menunjukkan beberapa tipografi yang dibaca cenderung lebih konservatif, atau condong ke kanan.

Sementara tulisan lainnya dianggap lebih liberal atau condong ke kiri.

Dalam dua survei berbeda, penulis mengidentifikasi empat perubahan font yang tampaknya menyampaikan kualitas ideologis.

Misalnya, tipografi yang tampak gothic dengan serif, yang mana menunjukkan proyeksi agak ramping, umumnya dianggap lebih konservatif dibandingkan tanpa serif.

Sedangkan, pesan yang ditulis dengan font tebal dianggap lebih konservatif daripada yang dicetak miring.

"Studi ini menunjukkan peran font dalam komunikasi politik di Amerika, menyampaikan ideologi melalui anatomi bentuk hurufnya," kata Katherine Haenschen, salah satu penulis makalah tersebut.

Asisten profesor di Departemen Komunikasi, Virginia Tech's College ini mengungkapkan penelitian ini menjadi dasar untuk studi di masa depan.

"Yakni, yang dapat mengidentifikasi hubungan antara font dan hasil persuasif dalam komunikasi politik," imbuh dia.

Gagasan pada tipografi dapat bertindak sebagai cermin, yang merefleksikan kualitas ideologi dan itu bukanlah hal baru. Penelitian sebelumnya menunjukkan adanya gaya tertentu kepribadian personal.

Misalnya, dalam percobaan yang dilakukan baru-baru ini, 45.000 pembaca diberi artikel dari suatu media online.

Analisa font memengaruhi persepsi

Artikel itu tentang studi ilmiah yang membandingkan optimisme dengan pesimisme, lalu responden ditanya tentang hasil kesimpulan itu.

Artikel yang disajikan dalam beberapa tipografi berbeda, termasuk Baskerville, Comic Sans, Computer Modern, Georgia, Helvetica dan Trebuchet.

Hal itu untuk melihat apakah font-font tersebut turut berperan dalam menyampaikan persepsi yang bisa dipercaya.

Pada akhirnya, font Baskerville dianggap sebagai yang paling dipercaya. Sedangkan, font Comic Sans hampir dianggap sebagai suatu lelucon.

Sedangkan analisis lain pada tulisan Times New Roman cenderung lebih menunjukkan marah dibandingkan font Arial.

"Meskipun tipografi dapat mengekspresikan nilai-nilai seperti asosiasi, gaya, identifikasi hingga keindahan. Namun di samping makna tekstual, belum diketahui apakah orang memahami tipografi melalui lensa politik," tulis para penulis.

Secara keseluruhan, efek ukuran font yang relatif kecil dan tergantung pada jenis huruf yang diperiksa menunjukkan hasil yang bervariasi.

Para penulis menjelaskan bagaimana pun, bentuk huruf yang lebih tegas dan tebal dianggap lebih konservatif dan huruf miring lebih liberal.

"Tidak ada perbedaan signifikan dalam persepsi ideologis jenis huruf, ketika digunakan untuk membuat nama atau frasa," jelas para penulis.

Para penulis juga menemukan bukti keberpihakan memoderasi persepsi ideologi melalui font, baik yang dilakukan oleh Partai Republik maupun Demokrat secara ideologis kongruen.

Penulis menilai meskipun mungkin tidak mengejutkan bahwa tipografi dipandang sebagai liberal atau konservatif, mengingat kualitas lain dianggap berasal dari mereka.

"Sejauh mana keberpihakan subjek sendiri memengaruhi persepsi tentang tipografi dan apakah mereka seperti mereka menunjukkan pilihan desain tipografi mungkin memiliki konsekuensi untuk bagaimana pesan politik diterima," papar para penulis.

https://sains.kompas.com/read/2020/02/03/182900423/font-huruf-pada-kampanye-politik-mungkinkah-ada-makna-dibaliknya-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke