KOMPAS.com - Sampah plastik adalah momok yang sangat mengkhawatirkan bagi lingkungan, termasuk lautan.
Banyak hewan laut telah menjadi korban polusi plastik. Mereka mengonsumsi sampah plastik yang mengapung di laut, dan tak jarang pula yang mati karenanya.
Terbaru, kasus seperti ini dialami oleh seekor penyu hijau yang tersangkut jaring nelayan yang sedang mencari ikan di pesisir Argentina, 29 Desember lalu.
Ketika penyu itu dibawa ke Mundo Marino Foundation (MMF), kelompok konservasi di negara tersebut, diketahui bahwa ada sejumlah plastik tersangkut di saluran pencernaannya.
Dokter hewan yang memeriksa penyu itu mengatakan bahwa saat reptil itu mengeluarkan kotoran tinja, ada lebih dari 13 gram plastik yang ikut keluar. Jenis yang ditemukan antara lain tas nilon, jaring, dan aneka sampah plastik.
"Lewat radiografi, kami bisa melihat ada benda asing di dalam perut penyu ini. Oleh karena itu, kami melakukan perawatan dengan obat yang meningkatkan gerakan peristaltik (pergerakan saluran cerna) agar penyu bisa mengeluarkan plastik itu," kata Ignacio Peña, seorang dokter hewan di Yayasan MMF, dilansir IFL Science, Senin (27/1/2020).
"Penyu itu sudah bisa makan daun hijau, terutama selada dan rumput laut. Kami optimis dengan kemajuannya," imbuh dia.
Yayasan MMF mengatakan, ini bukan penyu pertama yang mereka tangani dalam keadaan menyedihkan.
Tahun ini saja, sudah ditemukan dua penyu lain dengan sampah plastik di perutnya. Yang satu ditemukan dalam keadaan mati, sementara satunya harus dirawat karena kondisinya yang mengkhawatirkan.
Penyu hijau (Chelonia mydas) masuk ke dalam spesies terancam punah menurut IUCN Red List.
Kondisi hewan-hewan laut memang sangat rentan saat ini, terutama karena degradasi habitat akibat pengembangan pantai, juga polusi plastik.
Kebanyakan penyu yang sudah dewasa merupakan herbivora. Namun, penyu remaja biasanya karnivora atau omnivora.
Bagi penyu muda yang belum berpengalaman, kantung plastik yang mengambang dapat dikira sebagai ubur-ubur, salah satu makanan favorit mereka.
Sebuah studi pada 2018 menemukan fakta bahwa risiko kematian penyu meningkat hingga 22 persen jika memakan satu plastik. Jika ia mengonsumsi 14 potong plastik, risiko kematiannya meningkat hingga 50 persen.
"Asupan unsur non-nutrisi dalam pencernaan mereka juga menimbulkan rasa kenyang yang secara bertahap membuat mereka lemah karena kurang asupan," imbuh Karina Álvarez, ahli biologi dan Manajer Konservasi di Mundo Marino Foundation.
"Selain itu, sebagian besar gas dapat dihasilkan dalam organisme mereka, produk dari plastik yang terakumulasi. Yang akan mempengaruhi kemampuan mereka untuk menyelam, mencari makan, dan menemukan suhu yang lebih cocok," terangnya.
https://sains.kompas.com/read/2020/01/31/120600023/penyu-hijau-yang-diselamatkan-keluarkan-tinja-berisi-13-gram-plastik