KOMPAS.com - Percuma bila perekonomian negara baik, namun tingkat tuberkulosis (TB/TBC) tinggi. Hal itu diungkapkan oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi).
"Percuma ekonomi baik, tapi TBC tinggi. Tidak ada gunanya kalau sumber daya manusianya bermasalah," kata Jokowi dalam acara peluncuran ‘Gerakan Bersama Menuju Eliminasi TBC 2030’ di Techno Park Cimahi, Jawa Barat (29/1/2020).
Pada 2018 saja, terdapat 845.000 orang yang jatuh sakit karena TBC. Penyakit ini termasuk salah satu dari lima besar penyebab kematian prematur dan kematian penduduk di Indonesia sepanjang 2007-2017.
Jokowi menuturkan, percuma bila masyarakat tidak sehat sehingga permasalahannya merembet ke banyak aspek seperti pendidikan, ekonomi, dan lain-lain. Ia juga menuturkan bahwa memerangi penyakit ini bukan persoalan gampang, karena merupakan permasalahan global.
"Tapi kalau kita bergerak bersama ini bisa jadi urusan yang mudah," tuturnya.
Oleh sebab itu, perlu adanya inovasi dan sumber daya yang memadai untuk memberantas TBC secara komprehensif. Keberhasilan untuk memberantas TBC adalah kolaborasi semua elemen, yaitu pemerintah, masyarakat, dan swasta.
Penularan TBC adalah permasalahan yang pasang surut di Indonesia dan dampaknya tidak hanya menyangkut kesehatan, tetapi juga produktivitas.
Usia produktif merupakan proporsi terbesar dari seluruh kasus TBC yang ada di Indonesia. Pemberantasan TBC menjadi prioritas pembangunan kesehatan selain menurunkan AKI/AKB, stunting, dan JKN.
Target eliminasi TBC tahun 2030
Pemerintah mentargetkan mengeliminasi pandemi tuberkulosis pada 2030 mendatang.
Tanpa adaptasi dalam merespon epidemi ini, kematian akibat TBC pada 2015-2030 diperkirakan dapat merugikan 0,7 persen PDB Indonesia di tahun 2030 atau 123,6 miliar dollar AS (Global Economic Impact of TB, RESULTS & KPMG, 2017).
Diestimasikan kerugian terbesar disebabkan oleh hilangnya produktivitas akibat kematian prematur. TBC juga menyebabkan 13 kematian per jam di Indonesia.
https://sains.kompas.com/read/2020/01/29/193000123/jokowi--percuma-ekonomi-baik-tapi-tbc-tinggi