Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sudah Lama Ada, Kenapa Virus Corona Baru Sekarang Menginfeksi Manusia?

KOMPAS.com - Novel coronavirus atau 2019-nCoV yang mewabah di China dan belasan negara lain mengingatkan kita bahwa virus dapat bermutasi.

Sejauh ini para ilmuwan yang berusaha mempelajari virus corona Wuhan meyakini, penyakit yang menyerang paru-paru dan saluran pernapasan ini ditularkan oleh satwa liar ke manusia.

Ini artinya, virus corona 2019-nCoV merupakan penyakit zoonosis yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia.

Kepala Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cahyo Rahmadi telah mengingatkan bahwa sejumlah satwa liar berpotensi membawa penyakit.

"Hewan yang dominan berpotensi membawa penyakit adalah tikus, kelelawar, celurut, hewan karnivora, dan kelompok primata seperti monyet," kata Cahyo dalam rilis resmi LIPI pada Jumat (24/1/2020).

Lantas, bagaimana virus corona dari hewan dapat menginfeksi manusia?

Ketua Umum Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) drh. Muhammad Munawaroh, M.M menjelaskan bahwa virus corona bukan sesuatu yang baru bagi satwa liar.

"Virus corona di hewan (liar), sejak dulu memang sudah ada. Namun yang saat ini kan terjadi mutasi sehingga disebut dengan Novel coronavirus (2019-nCoV)," kata Munawaroh kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Rabu (29/1/2020).

Munawaroh menjelaskan, virus corona tersebut dimiliki hewan-hewan seperti kelelawar dan kucing.

"Tapi pada waktu dulu, virus itu tidak menular ke manusia. Tapi dengan adanya mutasi, muncullah bentuk baru dari virus yang bisa menginfeksi manusia," jelasnya.

Mutasi virus tersebut dipengaruhi oleh berbagai macam hal. Menurut Munawaroh, tujuan virus bermutasi untuk bertahan agar terus hidup.

"Jadi semua makhluk hidup, termasuk bakteri dan virus itu dia kan ingin survive di alam, sehingga dia bermutasi. Itu alasannya," kata Munawaroh.

Tentang virus corona Wuhan

Virus corona merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit ringan seperti pilek dan penyakit yang serius seperti MERS dan SARS.

Virus corona merupakan single stranded RNA (ssRNA) virus yang umum ditemukan pada berbagai hewan yang berkeliaran di atas tanah seperti mamalia, burung dan reptil.

Beberapa jenis virus corona dikenal dapat menyebabkan infeksi akut pada saluran pernapasan bagian atas maupun bawah pada manusia.

Antara lain Severe Acute Respiratory Syndrome-related Coronavirus (SARS-CoV) yang mengalami kejadian luar biasa di Tiongkok pada tahun 2002, Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV) yang mengalami kejadian luar biasa di Arab Saudi pada tahun 2012, dan yang terakhir adalah novel Coronavirus (2019-nCoV).

Peneliti bidang mikrobiologi dari Pusat Penelitian Biologi LIPI, Sugiyono Saputra menjelaskan virus corona memiliki laju mutasi yang sangat cepat dibandingkan dengan jenis virus yang lain seperti double stranded DNA (dsDNA) virus.

Sehingga, kemunculan kejadian luar biasa dapat berlangsung cepat dan tidak terduga.
Penyebaran secara global pun dapat terjadi dengan mudah dikarenakan mobilitas manusia yang tinggi.

"Penelitian menunjukkan ketiga jenis virus corona yang bersifat mematikan terhadap manusia tersebut berasal dari kelelawar yang berperan sebagai perantara alaminya," paparnya.

Taufiq P Nugraha selaku peneliti satwa liar dari Pusat Penelitian Biologi LIPI menambahkan, para ilmuwan menduga kemunculan penyakit zoonosis baru (new emerging infectious diseases) seperti kasus 2019-nCoV merupakan hasil tingginya frekuensi interaksi antara satwa liar dengan manusia.

"Jika berkaca pada kasus ebola di Afrika, deforestasi untuk pertanian dapat berperan dalam ekspansi kelelawar di luar habitatnya dan ekspansi manusia ke dalam habitat kelelawar, sehingga keduanya dapat saling berinteraksi bebas dan berisiko tinggi dalam penyebaran penyakit baru," paparnya.

https://sains.kompas.com/read/2020/01/29/131500523/sudah-lama-ada-kenapa-virus-corona-baru-sekarang-menginfeksi-manusia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke