Jenis aritmia yang paling sering ditemukan tanpa disadari oleh penderita adalah firbilasi atrium (FA).
Gejala yang terjadi yaitu, denyut jantung terlalu cepat, terlalu lambat, dan tidak beraturan.
Kondisi tersebut dapat menyebabkan orang mudah lemah, sesak napas dan pada kondisi terburuknya pasien akan mengalami stroke.
Aritmia memang berbahaya. Namun menurut dokter spesialis kardiovaskular dari RS Metropolitan Medical Centre (MMC), Prof Dr dr Yoga Yuniadi SpJP(K), aritmia dapat dicegah dengan berbagai tindakan.
Pencegahan aritmia
1. Pengencer darah
Permasalahan yang timbul saat terjadi FA, disebabkan karena adanya darah yang menggumpal dan menyumbat laju aliran darah di pembuluh darah.
Oleh sebab itu, kata Yoga, supaya darah tidak menggumpal haruslah diencerkan. Salah satu caranya yaitu pemberian obat pengencer darah.
Salah satu obat yang dapat digunakan untuk mengencerkan darah yaitu antikougulan, dengan antagonis vitamin K dan non antagonis vitamin K.
Untuk diketahui vitamin K berperan penting dalam pembekuan darah.
"Tapi pemberian keduanya (antagonis viitamin K dan non-vitamin K) harus diberikan secara tepat betul," kata Yoga dalam acara bertajuk "MMC Hospital Introducing: Integrated Cardiovaskular Centre" di Jakarta, Kamis (23/1/2020).
Hal itu dikarenakan, terkhusus antagonis vitamin K, takaran konsumsinya jika tidak tepat justru justru membuat darah di dalam tubuh terlalu encer.
Di mana kondisi ini dapat menyebabkan tubuh memar, mimisan, pendarahan pada gusi, rektum, dan saat buang air kecil dan besar, pendarahan menstruasi berat, hingga pendarahan yang tak kunjung berhenti meskipun sudah lama.
Sementara itu, jika mengonsumsi non-antagonis vitamin K, Anda tidak perlu teralalu diukur konsumsinya, karena pengenceran darahnya di dalam tubuh akan tepat sendiri.
Risiko pendarahan saat mengonsumsi non-antagonis vitamin K ini lebih baik dari pendarahannya, tetapi memang lebih mahal.
"Itu (kedua jenis tersebut) harus diminum seumur hidup untuk mencegah pasien aritmia mengalami stroke," ujarnya.
2. Penutupan kuping jantung
Pada kasus aritmia jenis FA yang memang terjadinya penggumpalan di kuping jantung.
Maka operasi penutupan kuping jantung atau ruang buntu yang ada di jantung tersebut dapat membantu mengurangi irama jantung yang tidak teratur tersebut.
"Penutupan kuping jantung pasien FA, akan terjadi prevensi yang preventif," kata dia.
Memang diakui Yoga, operasi penutupan kuping jantung membutuhkan biaya besar, dan ini yang selalu menjadi pertimbangan pasien dan keluarga pasien.
Namun, jika dikalkulasikan dengan konsumsi obat seumur hidup, maka perbandingannya justru lebih baik melakukan operasi penutupan kuping jantung.
Sejauh ini, hasil dari operasi penutupan kuping jantung pada pasien, berhasil menutup 90 persen kemungkinan terjadinya penggumpalan darah.
Selain itu, operasi penutupan kuping jantung juga akan lebih baik untuk pasien stroke, menghindari terjadinya stroke berulang.
3. Metode ablasi
Dokter Spesialis Kardiovaskular RS MMC, dr Sunu Budhi Rahardjo PhD SpJP(K) mengatakan bahwa aritmia dapat ditangani dengan metode Ablasi kateter elektronis.
Metode ini dinilai lebih ampuh untuk menyembuhkan total dan tidak hanya meringankan gejala dengan tingkat keberhasilan sekitar 97 persen.
Untuk diketahui, ablasi merupakan tindakan medis dengan minim invasif (tanpa operasi) bagi penderita aritmia. Dengan menggunakan kateter elektroda yang akan dipasang di pembuluh darah vena atau arteri di lipatan pangkal paha yang ditujukan ke jantung.
Ujung kateter elektroda akan menghancurkan sebagian kecil jaringan sistem hantaran listrik yang mengggangu irama di jantung hingga normal kembali.
"Alat ini akan secara akurat mengidentifikasi sumber utama penyakit aritmia secara kasat mata," ujarnya.
https://sains.kompas.com/read/2020/01/29/085214923/3-hal-untuk-cegah-stroke-akibat-kelainan-irama-jantung-aritmia