Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengapa Penuaan pada Tubuh Manusia Berbeda-beda? Sains Jelaskan

KOMPAS.com – Para ilmuwan kini mengerti, mengapa proses penuaan pada manusia bisa berbeda-beda.

Bahkan untuk setiap orang, proses penuaan pun berbeda pada tiap bagian tubuh. Ada orang yang penuaan ginjal atau hatinya lebih cepat dibanding jantung. Ada pula yang mengalami kondisi sebaliknya.

Pada kenyataannya, proses penuaan manusia bergantung pada bagian tubuh mana yang pertama kali mengalami kerusakan. Jika para dokter sudah bisa mengetahui hal ini, besar kemungkinan di masa depan mereka bisa memberikan diet khusus atau upaya preventif untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Ageotype

Para ilmuwan mengumpulkan 43 orang dengan berbagai macam penuaan. Mereka dikelompokkan dalam kategori yang disebut “ageotype”, berdasarkan sampel biologis yang dikumpulkan dalam waktu dua tahun.

Sampel biologis ini termasuk darah, substansi iflamasi, mikroba, genetik, dan protein dalam tubuh. Dengan mengecek bagaimana sampel tersebut berubah seiring waktu, para ilmuwan mengidentifikasi sekitar 600 tanda-tanda penuaan.

Kemudian, para ilmuwan memasukkan semuanya ke dalam empat kategori besar penuaan yaitu: imunitas, ginjal, hati, dan metabolik.

Minimal, setiap orang memiliki tanda penuaan dalam satu kategori. Namun ada pula orang yang memiliki tanda penuaan dari keempat kategori. Faktor genetik dan lingkungan berpengaruh signifikan terhadap hal ini.

“Sebenarnya ada lebih banyak dari empat kategori. Jika kami melakukan penelitian terhadap 1.000 orang, mungkin ada kategori lainnya seperti kardio (jantung),” tutur salah satu ilmuwan yang merupakan profesor genetika dari Stanford University School of Medicine, Michael Snyder.

Dikutip dari Live Science, Selasa (28/1/2020), Synder dan tim ilmuwannya menyimpulkan bahwa proses penuaan berbeda untuk setiap orang. Partisipan dalam penelitian mereka memiliki rentang usia antara 29-75 tahun, dan semuanya memiliki pola penuaan yang berbeda.

Misalnya, orang dengan penuaan imun memiliki tingkat inflamasi lebih tinggi dibanding orang lain. Kemudian, orang dengan penuaan metabolik memiliki tingkat gula darah yang lebih tinggi.

Obat yang terpersonalisasi

Snyder dan pakar ilmuwan lainnya berharap bisa mengembangkan tes “ageotype” yang berguna untuk ilmu kedokteran. Dengan adanya tes ini, para dokter bisa mengetahui status kesehatan pasiennya dan upaya pengobatan yang tepat untuk tiap pasien.

“Banyak jenis obat dan diet serta perubahan gaya hidup yang bisa mencegah penuaan untuk setiap orang. Kami harus mengetahui obat yang cocok untuk tiap orang,” tutur Dr James Kirkland, Kepala dari Kogod Center on Aging di Mayo Clinic, Minnesota, pada NBC News.

Di masa depan, mungkin “ageotypes” bisa memotivasi orang untuk memperhatikan bagian tubuhnya yang rentan penuaan.

Misalnya, jika penuaan diketahui lebih cepat terjadi pada jantung, orang tersebut harus lebih banyak berolahraga yang sesuai dan mengonsumsi makanan yang baik untuk jantung.

https://sains.kompas.com/read/2020/01/28/200300723/mengapa-penuaan-pada-tubuh-manusia-berbeda-beda-sains-jelaskan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke