Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Peneliti Menilai Deteksi Dini Kanker Tidak Selalu Efektif, Mengapa?

KOMPAS.com - Penyakit kanker adalah penyakit dengan momok menakutkan bagi sebagian orang, karena penyakit ini dianggap sulit disembuhkan.

Sejak munculnya tes dan skrining kanker atau deteksi dini yang rutin dilakukan diklaim telah berhasil menyelamatkan banyak nyawa di dunia.

Padahal, deteksi dini terhadap sel-sel abnormal tidak selalu berdampak baik.

Melansir Science Alert, Selasa (28/1/2020), penelitian baru di Australia sekali lagi menunjukkan keinginan deteksi dini telah menjadi masalah.

Sebab, untuk pertama kalinya di dunia, para ilmuwan di Australia telah menghitung risiko "overdiagnosing" dari lima kanker berbeda.

Ini adalah masalah yang sulit untuk dihitung, karena dokter tidak tahu kapan seorang pasien telah didiagnosa secara bherlebihan. Bahkan, pada tingkat populasi, perkiraan di seluruh dunia sangat bervariasi.

Jumlah penderita kanker meningkat

Jika dibandingkan dengan tahun 1982, para peneliti dari Bond University in Queensland menemukan pada 2012 pasien di Australia lebih mungkin didiagnosa menderita kanker. Meskipun angka kematian akibat kanker tidak meningkat.

Pada tahun yang sama, mereka memperkirakan hampir seperempat kanker pada pria didiagnosa secara berlebihan.

Di antaranya terdiri dari 42 persen kanker prostat, 42 persen kanker ginjal, 73 persen kanker tiroid dan 58 persen melanoma.

Sedangkan pada perempuan yang didiagnosa berlebihan, mendekati 18 persen untuk semua kanker.

Di antaranya 73 persen kanker tiroid, 54 persen melanoma dan 22 persen kanker payudara.

Dengan kata lain, sepanjang 2012, ada 11.000 kanker pada wanita dan 18.000 kanker pada pria yang terdeteksi. Akan tetapi, mungkin tidak memerlukan diagnosis atau perawatan.

"Perawatan kanker seperti pembedahan, radioterapi, terapi endokrin dan kemoterapi dapat menyebabkan kerusakan fisik. Risikonya dianggap dapat diterima jika diagnosis sesuai," jelas para penulis penelitian ini.

Namun, menurut peneliti, ketika seseorang tidak seharusnya didiagnosis kanker, mereka hanya akan dirugikan oleh perawatan.

Kanker yang paling banyak didiagnosis adalah kanker payudara dan kanker prostat.

Kedua kanker ini relatif umum dan dalam beberapa tahun terakhir beberapa negara di dunia telah mengadopsi program skirining nasional.

Bahkan, program ini diikuti oleh mereka yang tidak menunjukkan gejala kanker.

Faktanya, ketika mammogram pertama kali diperkenalkan pada 1980-an, di Amerika Serikat jumlah penderita kanker payudara meningkat 50 persen.

Beberapa tahun kemudian, ketika layar yang sama untuk prostat tiba, kejadian kanker ini juga meningkat dua kali lipat.

"Masalahnya adalah beberapa skrining mengidentifikasi sel-sel abnormal yang terlihat seperti kanker, tetapi tidak berperilaku seperti kanker," ujar dokter Paul Glasziou dari Bond University.

Glasziou menegaskan tidak mudah untuk mengurangi masalah tersebut, karena beberapa jenis alat skrining juga penting digunakan.

Kendati demikian, mendapatkan keseimbangan yang tepat antara pengujian kanker yang terlalu sedikit dan terlalu banyak tetaplah penting.

Kesuksesan pemanfaatan prigram skrining di Australia, ternyata dampak positifnya juga dirasakan di negara lain.

Di Denmark, sebuah studi menemukan skrining mamografi tidak mengurangi jumlah penderita tumor stadium akhir.

Bahkan, alat ini lebih sering mendeteksi tumor kecil yang mungkin tidak menimbulkan risiko.

Sementara di Inggris, penelitian menunjukkan untuk setiap perempuan yang diselamatkan melalui skrining kanker payudara, ternyata tiga di antaranya didiagnosa dengan kanker yang tidak akan pernah menjadi masalah.

"Banyak yang berasumsi, skrining tambahan adalah yang terbaik untuk populasi kesehatan, tetapi kenyataannya tidak," ungkap Gilbert Welch, penyelidik dari Brigham Women's Hospital.

Welch menjelaskan apabila kanker terdeteksi lebih awal dalam kehidupan seseorang, mereka akan dapat hidup lebih lama.

Nyatanya, pada akhirnya, waktu kematian mereka mungkin tetap sama dan tidak berubah. Studi ini dipublikasikan dalam Medical Journal of Australia.

https://sains.kompas.com/read/2020/01/28/180400923/peneliti-menilai-deteksi-dini-kanker-tidak-selalu-efektif-mengapa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke