Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Setelah 3.000 Tahun, Peneliti Inggris Ciptakan Suara Mumi Nesyamun

KOMPAS.com - Para peneliti di Inggris menciptakan kembali suara pendeta Mesir kuno, Nesyamun, setelah dimumikan 3.000 tahun lalu.

Nesyamun adalah seorang pendeta yang hidup di masa pemerintahan Firaun Rameses XI, yang memerintah sekitar abak ke 11 sebelum masehi (SM).

Melansir The Guardian, Senin (27/1/2020), mumi Nesyamun saat ini berada di Leeds City Museum, Inggris.

Lalu, bagaimana peneliti bisa mereproduksi suaranya?

Mumi ini telah menjadi subjek banyak penelitian. Kali ini, berkat teknologi tiga dimensi, peneliti di Inggris berhasil menciptakan kembali suara Nesyamun.

"Apa yang telah kami lakukan adalah menciptakan suara Nesyamun, saat dia berada di sarkofagusnya," ujar rekan penulis studi, Prof David Howard.

Kepala departemen teknik elektronik di Royal Holloway, University of London ini mengatakan suara itu bukan seperti dari pidatonya, karena mumi ini tidak benar-benar bicara.

Peneliti gunakan teknologi 3D

Hasil penelitian yang ditulis di jurnal Scientific Reports itu, tim peneliti menyebut mumi itu dibawa ke Leeds General Infirmary dan melakukan serangkaian CT scan.

Berdasarkan data tersebut, tim dapat menghasilkan rekonstruksi digital dari saluran vokal Nesyamun. Selanjutnya, direproduksi melalui 3D printed.

Kendati demikian, akibat mumifikasi dan penguburan, menyebabkan struktur lidah menjadi kusut dan langit-langit lidah yang lunak menghilang.

Tim harus merekonstruksi ulang dengan menggabungkan model tersebut ke laring elektronik dan pengeras suara.

Saluran suara menyaring suara yang dihasilkan dari udara yang telah melewati laring.

"Suara laring kami adalah elektronik dan jika suara itu diproduksi oleh Nesyamun, ia akan mengeluarkan udara paru-paru ke luar melalui laringnya," jelas Howard.

Dengan demikian, lanjut Howard, lipatan vokalnya akan bergetar untuk menciptakan efek yang sama.

Jika teori sengatan serangga itu benar, maka hembusan nafas terakhir dari Nesyamun mungkin terdengar seperti "Ow!" atau "Argh!

Namun, ternyata tim peneliti menemukan bahwa vokalisasi yang dihasilkan terdengar agar seperti "eeuuughhh".

Untuk lebih mengarahkan pada suara yang dihasilkan dari saluran vokal Nesyamun, tim menganalisa data dan rekaman dari pria modern dan mengatakan suara mumi berada di antara vokal antara "bed" dan "bad".

Howard mengatakan dimensi laring dan saluran vokal Nesyamun menunjukkan suaranya akan sedikit lebih tinggi dari rata-rata pria dewasa.

Rekan penulis studi itu Prof Joann Fletcher dari departemen arkeologi di University of York mengatakan setiap orang Mesir berharap setelah kematian jiwa mereka akan dapat berbicara.

"Agar mereka melafalkan apa yang disebut 'pengakuan negatif' kepada dewa-dewa penghakiman bahwa mereka telah menjalani kehidupan yang baik," kata Fletcher.

Hanya jika para dewa setuju, maka jiwa yang telah meninggal melewati keabadian. Jika mereka gagal dalam ujian mereka mati kedua, kematian permanen.

Pada mereka yang lulus ujian tersebut, kata Fletcher, akan disebut True of Voice, di mana ini merupakan frasa yang ada pada prasasti peti mati Nesyamun di samping namanya.

Menurut Prof John Schofield, seorang arkeolog University of York, penelitian ini dapat memberikan cara baru kepada publik untuk terlibat dengan masa lalu.

"(Suara saat ini) tidak pernah menjadi suara yang akan dibuat dalam kehidupan, tetapi dari itu kita dapat menciptakan suara yang seharusnya dibuat selama hidupnya," imbuh Schofield.

Salima Ikram, seorang profesor Egyptology di American University di Kairo yang tidak terlibat dalam pekerjaan itu, mengatakan penelitian itu luar biasa.

"Studi ini memberi kita wawasan aural yang unik ke masa lalu dan menghubungkan kita secara intim dengan Nesyamun, memberinya suara di abad ke-21," katanya.

https://sains.kompas.com/read/2020/01/27/203200723/setelah-3.000-tahun-peneliti-inggris-ciptakan-suara-mumi-nesyamun

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke