Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

ICT Jadi Terapi Tambahan Bagi Pasien Kanker, Seperti ini Prosesnya?

KOMPAS.com - Populasi penderita kanker semakin banyak yang berasal dari kalangan usia lanjut atau orang tua.

Sebab, semakin bertambah usia, maka sistem kekebalan tubuh makin berkurang, sehingga tubuh mudah terserang penyakit ini. 

Kepala Laboratorium HayandraLab, dr Komang A Wahyuningsih MBiomed (AAM) SpDLP, mengatakan untuk membantu pengobatan atau terapi penyakit kanker, sistem imun atau kekebalan tubuh perlu dijaga dengan baik.

Seiring dengan perkembangan teknologi, dalam upaya menjaga kekebalan tubuh, terapi sel pendukung yaitu Immune Cell Therapy (ICT) telah banyak digunakan untuk membantu pasien kanker dalam melawan penyakitnya.

Apa itu ICT?

Komang menjelaskan ICT merupakan terapi dengan memanfaatkan sel-sel pertahanan tubuh pasien sendiri yaitu berupa T cells dan NK cells.

Kedua sel tersebut secara normalnya, setiap hari bergerak di tubuh untuk menghantam virus, bakteri, dan sel kanker yang ada di tubuh pasien itu sendiri.

"Kalau kita anggap sel kanker itu teroris, sel T dan NK ini (ibarat) densus 88-nya, yang fungsinya melawan sel kanker itu tadi," kata Doktor Biomedik dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Dr dr Karina SpBP-RE.

Teknologi ini sudah banyak dilakukan di luar negeri, terutama di Jepang. Digunakan sebagai terapi adjuvant atau terapi tambahan, yang menyertai terapi untuk kanker seperti operasi, kemoterapi, dan radiasi.

ICT di Jepang dorong kesembuhan pasien

Diceritakan oleh Karina, pada tahun 2015 lalu, ibundanya terdiagnosisi mengidap kanker usus.

Setelah melakukan terapi kemoterapi di Indonesia, namun belum bisa sampai bersih kanker tersebut, Karina mengajak ibunya untuk melakukan operasi di Jepang.

Ternyata, kata Karina, selain operasi dilakukan kembali kepada ibunya, terapi lanjutan ICT sebagai pendukung membantu ibundanya memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik.

"Itulah terapi ICT yang menggunakan sel T dan sel NK dari tubuh ibu saya sendiri," kata Karina.

Alhasil, terapi yang dilakukan oleh orangtua Karina menjadi terapi yang sangat nyaman dan minim efek samping. Akan tetapi, diakuinya, terapi ini sangat menguras biaya.

"Saya bernazar, bila ibu saya sembuh, saya akan tarik teknologi (ICT) ini ke Indonesia dan membuat harganya jadi lebih terjangkau," tuturnya.

Inilah yang dilakukan Karina melalui HayandraLab menjadi laboratorium berizin untuk mengembangkan teknologi ICT di Indonesia.

"Ternyata selain menjadi terapi pendukung pada kanker, ICT banyak digunakan di luar negeri untuk pencegahan kanker serta terapi di bidang anti-aging," kata Komang dalam acara bertajuk Penemuan Terbaru Dunia Medis: Terapi Sel untuk Peremajaan Kulit dan Sistem Imun, Jakarta, Selasa (21/1/2020).

Lebih lanjut Komang menjelaskan proses terapi menggunakan teknologi ini, antara lain tahapan terapi sebagai berikut:

  1. Terapi ICT ini dilakukan dengan mengambil darah pasien sebanyak sekitar 60 cc.
  2. Darah pasien yang diambil tersebut, diproses sehingga menghasilkan peripheral blood mononuclear cells (PBMC).
  3. Pada PBMC tersebut akan dilakukan proses pemilihan sel-sel pertahaan tubuh.
  4. Selama sekitar 12-14 hari, akan dilakukan pengaktifan sel-sel pertahanan tubuh tersebut.
  5. Maksimal 14 hari setelah pengambilan darah, sel-sel pertahanan tubuh yang sudah aktif akan diinfuskan kembali ke pasien.

"ICT ini tidak bisa dibilang dapat berdiri sendiri, jadi ICT ini sangat baik untuk kanker-kanker organ padat dan dapat dikombinasi dengan kemoterapi," ujar Komang.

https://sains.kompas.com/read/2020/01/23/173200123/ict-jadi-terapi-tambahan-bagi-pasien-kanker-seperti-ini-prosesnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke