KOMPAS.com - Lebih dari setengah juta alat tangkap ikan diperkirakan hilang atau ditinggalkan setiap tahun mengancam kehidupan laut.
Selain pencemaran laut, tidak sedikit di antaranya menjerat dan membunuh satwa liar yang ada di laut dan pantai.
Mengutip BBC Indonesia, Selasa (14/1/2020), para konservasionis menyebut peralatan tangkap ikan tersebut sebagai perlengkapan hantu.
Perlengkapan itu termasuk jaring ikan, jebakan ikan dan keranjang lobster yang banyak dibiarkan mengambang di laut.
Beberapa di antaranya kemungkinkan hilang atau dibuang karena situasi darurat lantaran ada badai.
"Alat tangkap ikan dirancang untuk menjebak organisme laut, dan alat itu dapat terus berfungsi seperti itu, setelah hilang atau dibuang di laut," kata Joel Baziuk dari Global Ghost Gear Initiative (GGGI).
Joel menambahkan ketika alat penangkapan ikan itu hilang, mengakibatkan ikan terbunuh atau terjerat.
"Kami menyebutnya alat penangkap ikan hantu," jelas dia.
Menurut dia, peralatan hantu merupakan barang bekas paling berbahaya bagi kehidupan laut karena risiko terjerat atau terperangkap.
Sampah alat tangkap ikan turut berkontribusi pada pencemaran laut. GGGI memperkirakan setidaknya ada 640.000 ton alat tangkap ikan yang hilang atau ditinggalkan setiap tahun.
Salah-satu lokasi yang paling banyak ditemukan alat tangkap ikan di antaranya di Teluk Carpentaria di Australia dan Hawaii di Samudera Pasifik.
"Peralatan hantu adalah masalah di mana pun, ketika ada pencarian ikan, dan itu termasuk di Skotlandia," kata Joel.
Ancaman besar bagi satwa liar
Peralatan tangkap ikan tersebut dapat memberi risiko pencemaran laut terhadap satwa liar, termasuk yang terjerat, ketika mereka terbelit tali dan peralatan lainnya.
Di Skotlandia, Scottish Marine Animal Strandings Scheme (Smass), yang menyelidiki kematian hewan laut, mencatat total ada 12 kasus akibat terjerat alat tangkap ikan pada 2019.
Hewan laut termasuk seekor paus hamil, ditemukan mati dan dalam kondisi terbelit jaring ikan di Orkney pada Oktober lalu. Jaring membelit balin dan mulut hewan itu.
Pada Mei, seekor paus bungkuk, yang terjerat peralatan memancing, terhanyut di dekat Scrabster, di dekat Thurso di pantai Caithness utara.
Bulan sebelumnya, paus bungkuk lainnya ditemukan terbelit tali selama berminggu-minggu, jika tidak berbulan-bulan sebelum tenggelam di lepas pantai Lothian Timur di dekat Tyningham.
Namun, terbelit atau terjerat jaring ikan bukan satu-satunya ancaman bagi paus.
Seekor paus sperma yang mati terdampar di Isle of Harris pada November lalu, dengan sampah seberat 100 kilogram di perutnya.
Jaring untuk menangkap ikan, tambang, tali pembungkus, tas dan gelas plastik adalah sebagian dari sejumlah barang yang ditemukan di dalam binatang itu.
Sebuah hotline yang dikelola oleh British Divers Marine Life Rescue (BDMLR) telah menerima 47 laporan anjing laut terjerat tahun ini di Inggris. Beberapa hewan beruntung dan diselamatkan, atau berhasil membebaskan diri.
Bukan hanya satwa laut saja yang mendapat petaka dan bahaya dari ancaman alat tangkap ikan yang mengapung bebas di lautan.
Hewan yang mencari makan di garis pantai juga ikut menjadi korban. Pada 2017, sejumlah rusa di pulau Rum ditemukan dengan alat tangkap ikan di tanduknya.
Bahkan, beberapa di antarnya mati setelah terseret tali pancing yang dibuang.
Noel Hawkins, pegiat dari Scottish Wildlife Trust's Living Seas project, mengatakan beberapa hal kecil dapat berakibat fatal bagi satwa liar.
Seperti halnya banyak burung laut yang menelannya dengan berpikir bahwa itu adalah telur ikan atau makanan. "Mereka ada yang tercekik dan bahkan menggunakannya sebagai bahan untuk sarang, yang membahayakan anaknya," ujarnya.
https://sains.kompas.com/read/2020/01/14/210200823/jutaan-ton-alat-tangkap-ikan-ancam-kehidupan-paus-dan-anjing-laut