KOMPAS.com - Krisis iklim yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir dianggap mengancam keanekaragaman hayati sampe titik terkecil, termasuk serangga penyerbuk.
Dilansir DW (11/12/2017) ada beberapa serangga penyerbuk yang terancam. Misalnya saja tawon besar di Amerika Utara dan Eropa yang gampang kepanasandan mati gara-gara tubuhnya yang berbulu dan relatif lebih besar ketimbang lebah serta warna gelapnya.
Kemudian ada lebah madu dan kupu-kupu yang juga menderita dalam perubahan iklim ini.
Ancaman ini menjadi kekhawatiran besar yang perlu dihadapai dan disadari bersama.
Di Indonesia, dampak krisis iklim ini terlihat dari beberapa bencana alam yang terus meningkat dengan akibat yang semakin parah.
Profesor Riset Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Rosichon Ubaidillah mengatakan, krisis iklim juga berdampak pada rusaknya habitat keanekaragaman hayati Indonesia.
"Berbagai penelitian menunjukkan krisis iklim berdampak pada meningkatnya fenomena pergeseran biogeografis, ketidakcocokan tanaman berbunga dan penyerbuknya, dan mungkin meningkat hingga tingkat kepunahan,” kata Rosichon.
Ia menjelaskan, dampak dari perubahan iklim telah menyentuh bumi hingga titik terkecil, seperti serangga penyerbuk yang berperan penting dalam regenerasi dan reproduksi tanaman dalam ekosistem hutan maupun sistem pertanian.
"Sekitar 80 sampai 90 persen tanaman berbunga bergantung pada penyerbukan alami oleh serangga untuk beregenerasi dan memproduksi buah atau makanan yang berguna sebagai bahan makanan untuk hewan lain,” ujarnya.
Krisis iklim telah mempengaruhi perilaku makan, kawin dan migrasi serangga penyerbuk.
Ironisnya, krisis iklim berdampak bukan hanya pada serangga penyerbuk itu saja, melainkan juga pada proses penyerbukan itu sendiri.
"Perubahan temperatur bumi telah mempengaruhi lama waktu penyerbukan, berbunga hingga produksi buah sehingga akan mengganggu konservasi agroekosistem dan eksosistem liar," tuturnya.
Rosichon memberikan salah satu contoh serangga penyerbuk yang terpengaruh krisis iklim yaitu tawon Ara.
Tawon Ara memegang peranan penting pada proses penyerbukan pohon Ara dalam menyediakan buah sebagai sumber makanan burung, primata dan hewan lainnya.
"Jika tawon Ara punah, maka seluruh sistem pun akan jatuh," kata Rosichon.
Oleh sebab itu, sebagai negara yang hidup dengan keanekaragaman hayati yang luas, kata dia, komitmen dari pemerintah sangat diharapkan untuk menangani krisis iklim yang mengancam keberadaan keanekaragaman hayati Indonesia.
"Kita harus benar-benar mengurangi dampak krisis karena kita sangat bergantung pada kekayaan keanekaragaman hayati," ucap dia.
https://sains.kompas.com/read/2020/01/12/095907823/krisis-iklim-bikin-serangga-penyerbuk-di-ekosistem-indonesia-terancam