Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

BMKG: Simeulue Memang Rawan Gempabumi dan Tsunami

KOMPAS.com - Hingga hari Rabu (8/1/2020), pukul 09.00 WIB, hasil monitoring Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat telah terjadi gempa susulan sebanyak 15 kali kejadian di Pulau Simeulue, Aceh.

Magnitudo gempa susulan yang terbesar mencapai M 4,2 dan yang terkecil M 2,6.

Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Daryono, mengatakan bahwa Pulau Simeulue merupakan kawasan rawan gempabumi dan tsunami.

Wilayah Simeulue bagian selatan termasuk dalam Segmen Megathrust Nias-Simeulue. Segmen megathrust aktif ini memiliki magnitudo tertarget M 8,7 yang artinya potensi untuk terjadinya gempa kuat memang sangat besar di wilayah ini.

"Zona megathrust Nias-Simeulue memang sangat aktif," kata Daryono, Rabu (8/1/2020).

Hasil monitoring aktivitas gempabumi yang dilakukan BMKG selama tahun 2019 menunjukkan adanya peningkatan aktivitas gempabumi di zona Nias-Simeulue, hingga terjadinya gempa kuat M 6,1pada Selasa (7/1/2020) pada pukul 13.05 WIB.

Gempa kuat yang bersumber dari zona megathrust segmen ini ini sudah terjadi beberapa kali.

1. Gempa Simeulue 4 Januari 1907 berkekuatan M 7,6 yang memicu tsunami dan menelan korban jiwa lebih 400 orang meninggal dunia.

2. Gempa Simeulue pada 2 November 2002 dengan magnitudo M 7,2 mengakibatkan puluhan orang luka-luka.

3. Gempa Simeulue pada 20 Februari 2008 dengan magnitudo M 7,3 menimbulkan kerusakan dan menelan korban jiwa 4 orang meninggal dunia.

Sementara itu, episenter gempabumi Simeulue berkekuatan M 6,1 yang terjadi pada 7 Januari 2020 berada di lokasi yang hampir sama dengan gempabumi berkekuatan M 7,6 pada 1907 yang memicu tsunami besar saat itu.

Tsunami pada 1907 melahirkan istilah lokal “smong” atau tsunami dan menyelamatkan masyarakat Simeulue dari tsunami tahun 2004. Konsep evakuasi mandiri dari “smong” ini terbukti sangat efektif untuk menyelamatkan diri dari bahaya tsunami.

Estimasi tingkat guncangan gempa

Daryono mengatakan bahwa shake map BMKG yang dipublikasikan beberapa saat setelah terjadi gempabumi Simeulue mampu mengestimasi tingkat goncangannya.

Untuk wilayah Simeulue bagian selatan berpotensi mencapai skala intensitas V-VI MMI, sehingga diperkirakan dapat terjadi kerusakan.

Prediksi BMKG ini dianggap cukup akurat, karena Pusdalops BPBD Kabupaten Simeulue sudah merilis data kerusakan sementara pasca Gempa Simeulue berkekuatan M 6,1 pada pukul 13.05 WIB, Selasa 7 Januari 2020.

Setidaknya ada 8 kantor pemerintahan dan beberapa rumah warga di Kabupaten Simeulue mengalami kerusakan riingan akibat guncangan gempa.

"Peristiwa gempabumi dan tsunami adalah keniscayaan di Indonesia. Dengan mengetahui bahwa wilayah kita dekat di zona megathrust, tidak perlu menimbulkan kecemasan dan ketakutan," ujar Daryono.

Semua informasi terkait gempa dan tsunami, lanjutnya, harus direspons dengan langkah nyata dengan memperkuat upaya mitigasi bencana.

https://sains.kompas.com/read/2020/01/08/180200823/bmkg--simeulue-memang-rawan-gempabumi-dan-tsunami

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke