KOMPAS.com - Sebuah penyakit pneumonia misterius mewabah di kota Wuhan, China.
Pertama kali diinformasikan kepada kantor WHO di China pada 31 Desember 2019, sejauh ini sudah ada 59 kasus pneumonia misterius yang dilaporkan di Wuhan dan muncul kasus-kasus yang dicurigai penyakit yang sama di Hongkong.
Gejala penyakit ini meliputi demam, kesulitan bernapas dan lesi pada paru-paru seperti pneumonia.
Penyakit ini juga mengingatkan banyak orang akan wabah SARS yang sempat menyapu Asia pada 2002, menyebar ke 37 negara dan menginfeksi 8.000 orang.
Akan tetapi, otoritas Wuhan berkata bahwa penyakit ini bukan SARS, MERS atau flu burung.
Lantas apa?
Dugaan paling kuat saat ini adalah penyakit pneumonia jenis baru.
Dilansir dari CNN, Selasa (7/1/2019), infeksi ini awalnya terjadi pada tanggal 12 Desember 2019 dan 29 Desember 2019.
Sebagian dari pasien yang terinfeksi bekerja di sebuah pasar makanan laut di Wuhan. Namun, seperti dilaporkan oleh media lokal, pasar yang telah ditutup sejak 1 Januari 2020 untuk di disinfeksi tersebut tersebut juga menjual berbagai hewan hidup, seperi burung, kelinci dan ular.
Hal ini membuat para pakar mencurigai bahwa penyakit disebabkan oleh virus pneumonia baru yang berpindah dari hewan ke manusia.
Akankah jadi wabah?
Sejauh ini, badan kesehatan Wuhan belum menemukan bukti jelas adanya transmisi manusia ke manusia akan penyakit ini.
Seluruh pasien juga sudah dikarantina, dengan tujuh di antaranya kini berada dalam kondisi kritis. Lalu, 163 orang yang pernah berkontak dekat dengan pasien juga telah diletakkan di bawah observasi medis.
Akan tetapi, para pakar medis menegaskan bahwa kemungkinan itu tidak betul-betul hilang.
Profesor Leo Poon, seorang pakar virologi dari Hong Kong University dan pakar SARS, berkata bahwa dengan ditutup dan dibersihkannya pasar tempat penyakit ini mewabah, maka timbulnya infeksi baru akan menurun.
Namun tingkat keparahan situasi ini tergantung pada apakah penyakit ini bisa ditularkan dari manusia ke manusia.
Hui dari Universitas China juga sependapat. Dia berkata bahwa kemungkinan transmisi manusia ke manusia belum bisa dibuang sepenuhnya karena virus pernapasan sering kali dapat ditularkan antar manusia.
"Masalahnya hanyalah seberapa menular (virusnya)," ujarnya.
Para pakar juga khawatir karena waktu kemunculan virus ini yang menjelang Imlek.
Pasalnya, pada masa Imlek, ratusan juta warga China akan pulang kampung menggunakan kereta, bus dan pesawat terbang. Jutaan warga China lainnya juga akan berlibur ke luar negeri pada saat Imlek.
Di sisi lain, para pakar melihat bahwa sejauh ini belum ada kematian yang disebabkan oleh penyakit pneumonia misterius ini. Lagipula, kemampuan riset dan diagnosis saat ini jauh lebih baik daripada saat SARS mewabah satu dekade yang lalu.
Yuen Kwok-Yung, seorang ahli mikrobiologi dari Universitas Hong Kong, mengatakan kepada Time, Selasa (7/1/2019), sangat kecil kemungkinan ini akan menyebabkan wabah seperti tahun 2003, meskipun kita tidak boleh merasa puas dulu.
Bagaimana dunia merespons?
Selain China, pemerintah-pemerintah dunia juga sedang memerhatikan penyakit pneumonia misterius ini dan memperketat pengawasan.
Otoritas Rumah Sakit Hong Kong memperpendek waktu berkunjung ke rumah sakit dan mengharuskan semua pengunjung untuk memakai masker wajah. Pencitraan termal di bandara-bandara Hong Kong juga ditingkatkan.
Upaya yang sama juga dilaksanakan oleh pemerintah Singapura, yang menyatakan bahwa mereka akan melakukan pemindaian temperatur bagi para pengunjung dari Wuhan.
Sementara itu, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Bandara Soekarno-Hatta, Banten, juga memperketak pengawasan kedatangan penumpang asal China.
Bandara Soekarno-Hatta akan mengaktifkan Thermal Scanner atau pemindai suhu tubuh selama 24 jam. Dengan demikian pengunjung yang datang dengan suhu tubuh tidak normal akan segera terdeteksi dan dapat ditindaklanjuti.
Sumber: KOMPAS.com (Singgih Wiryono)
https://sains.kompas.com/read/2020/01/07/183200723/waspada-wabah-virus-misterius-china-ini-yang-harus-anda-tahu