Warga yang tinggal di tempat pengungsian dapat dipastikan berada dalam situasi serba terbatas.
Para pengungsi harus berbagi tempat dan fasilitas dengan puluhan atau ratusan pengungsi lain di tempat yang sama.
Tanpa kita sadari, apa yang dilakukan korban bencana ditempat pengungsian akan berdampak untuk orang lain.
Misalnya saja, jika pengungsi membuat lingkungan pengungsian menjadi kotor karena sampah, hal ini akan mengundang lalat dan kecoak, yang pada akhirnya mencemari makanan di pengungsian dan memicu berbagai penyakit.
Untuk itulah, ahli gizi Dr. dr. Tan Shot Yen, M. Hum mengingatkan ada beberapa hal sepele yang semestinya tidak dilakukan oleh para pengungsi. Berikut beberapa di antaranya:
1. Mengonsumsi kopi
Kopi mungkin disediakan di tempat pengungsian. Jika Anda berpikir dengan minum kopi bisa membuat tubuh hangat dan mata melek, asumsi ini salah.
dr Tan menyebut, pengungsi yang mengonsumsi kopi tubuhnya akan diforsir di luar batas.
Selain itu, kafein yang terkandung dalam kopi bisa menjadi stimulan jantung.
"Padahal trauma saja bisa bikin adrenalin naik," kata Tan, Jumat (3/1/2020).
Selain memicu detak jantung bertambah cepat, kopi juga bersifat diuretik.
Diuretik merupakan istilah yang digunakan untuk merujuk pada suatu kondisi, sifat, atau penyebab naiknya urinasi. Dengan kata lain, minuman atau makanan yang mengandung diuretik dapat mempercepat pembentukan urine.
Ketika seseorang lebih sering buang air kecil (BAK), dia memiliki risiko dehidrasi berlebih dan membuat ingin terus menerus minum.
Selain rasa haus berlebih, terus bolak-balik ke toilet juga membuat boros air. Padahal, persediaan air yang ada adalah untuk kepentingan bersama.
2. Merokok
Tempat pengungsian ditinggali oleh banyak orang dengan berbagai latar belakang. Ada ibu hamil, ibu menyusui, orang tua, lansia, anak-anak, juga bayi.
Jika pengungsi merokok di tempat pengungsian, dikatakan dr. Tan, hal ini akan merugikan orang lain di sekitarnya.
"Semua yang di pengungsian butuh udara segar. Pengungsian saja sudah pengap, apalagi jika ada asap rokok," kata Tan.
3. Obat nyamuk semprot
Obat nyamuk semprot sering dipakai karena praktis dan tidak lengket.
Namun yang perlu diketahui, obat nyamuk semprot sebenarnya berbahaya dan beracun.
Tan menjelaskan, saat berada di tempat pengungsian, sirkulasi udara sangat minim.
Ketika seseorang menyemprotkan obat nyamuk, partikel kecil yang beracun dan dapat membunuh serangga dapat menempel ke sarung, pakaian, alat makan, juga berbagai benda yang dipakai anak-anak.
Lantas bagaimana jika di tempat pengungsian banyak nyamuk? Tan menyarankan untuk memakai minyak sereh atau kayu putih.
"Jika sarung atau pakaian yang dijemur sudah lumayan kering, lipat. Jemuran bergelantungan akan menjadi sarang nyamuk. Walaupun dingin, usahakan sirkulasi udara berjalan baik," ujar Tan.
4. Pembalut bekas dan popok sekali pakai
Jika saat mengungsi Anda sedang haid, atau memiliki anak yang mengenakan popok sekali pakai, sebagiknya sampah pembalut dan popok itu tidak dibuang atau dilempar sembarangan.
Pasalnya, di sekitar lingkungan pengungsian sangat mungkin ada hewan berkeliaran yang juga mencari makan.
Ketika hewan seperti kucing atau tikus menemukan sampah pembalut dan popok, mereka mungkin mengira itu adalah makanan.
Kemudian hewan akan mengacak-acak sampah pembalut atau popok, akhirnya membuat lingkungan tercemar dan muncul risiko penularan penyakit.
5. Mengelola sampah plastik
Terakhir dan tak kalah penting adalah mengelola sampah plastik, baik itu plastik kresek, botol kemasan, dan plastik kemasan makanan.
Sampah plastik tersebut disarankan Tan untuk dikumpulkan menjadi satu dan tidak dibuang sembarangan.
Sebab, jika sampah plastik kembali dibuang sembarangan, hal ini akan berdampak besar saat hujan datang.
https://sains.kompas.com/read/2020/01/03/180300123/5-hal-yang-tak-disarankan-saat-mengungsi-salah-satunya-minum-kopi