KOMPAS.com - Beragam bencana terkait iklim telah menyebabkan berbagai persoalan dan dampak yang harus dihadapi masyarakat Indonesia sepanjang 2019.
Lantas bagaimana perkiraan iklim di tahun 2020 mendatang?
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Prof Dwikorita Karnawati MSc PhD mengatakan bahwa beberapa hal terkait faktor-faktor penyebab iklim di tahun 2020 mendatang untuk sementara sudah dianalisis oleh BMKG.
Berikut beberapa faktor penyebab dan prediksi BMKG mengenai kecenderungan iklim (hujan dan kemarau) yang akan terjadi di tahun 2020.
Musim Kemarau
Berdasarkan prediksi model El Nino BMKG hingga tahun 2020, kencenderungan Samudera Pasifik ekuator bagian tengah akan berada pada kondisi netral.
"Artinya kecil peluangnya akan muncul fenomena El Nino maupun La Nina di Samudera Pasifik," kata dia.
Sementara itu untuk Samudera Hindia, tidak terdapat indikasi akan munculnya fenomena IOD+ maupun IOD- yang kuat pada tahun 2020.
Pada awal tahun 2020 kondisi suhu muka laut perairan indonesia diprakirakan normal hingga cenderung hangat yang bertahan hingga Juni 2020.
Awal musim kemarau 2020 diprakirakan juga mirip dengan normal, yaitu sekitar April - Mei 2020.
Tetap perlu diwaspadai wilayah yang mempunyai dua kali periode musim kemarau seperti di Aceh dan Riau, di mana kemarau pertama umumnya terjadi di bulan Februari - Maret.
Untuk periode musim kemarau 2020 periode April - Oktober, curah hujan saat kemarau akan mirip dengan pola normal.
Kondisi musim kemarau 2020 tidak akan sekering tahun 2019 di sebagian besar wilayah Indonesia seperti Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara.
Musim Hujan
Berdasarkan prediksi BMKG hingga akhir tahun 2020, curah hujan bulanan sepanjang tahun 2020 cenderung sama dengan pola normal (klimatologinya).
Awal musim hujan akhir 2019 diperkirakan akan lebih mundur dari normal, juga bila dibandingkan tahun 2018 lalu.
Curah hujan Januari - Maret 2020 diperkirakan tinggi terutama di bagian selatan Pulau Sumatera, Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara, Kalimantan bagian tengah, Sulawesi dan Papua.
Sementara, prakiraan hujan bulan Juli - Desember 2020, berkisar pada kategori rendah hingga menengah, khususnya di Sumatera bagian selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi bagian Selatan dan Merauke.
Oleh sebab itu, BMKG setidaknya telah merokendasikan empat hal yang dapat dilakukan semua elemen terkait untuk dapat mengurangi dampak buruk atau sebagai bentuk antisipasi dari prediksi iklim 2020.
1. Untuk meminimalisir dampak musim kemarau, maka perlu memaksimalkan kapasitas waduk, embung kolam retensi dan system folder untuk penyimpanan cadangan air.
Hal tersebut biasa dilakukan pada puncak musim hujan yang untuk tahun 2020 diprediksi terjadi pada bulan Februari - Maret dan pada musim peralihan dari musim hujan ke musim kemarau April - Mei.
2. Perlu pemanfaatan teknologi modifikasi cuaca lebih awal untuk meningkatkan kebasahan lantai lahan gambut dan mengisi waduk dengan memperhatikan informasi cuaca dan iklim yang dikeluarkan BMKG.
3. Waspada puncak musim hujan 2020 yang diprediksi terjadi pada bulan Februari dan Maret terutama di Jawa, Sulawesi Tenggara, dan Papua yang diprakirakan akan mendapat hujan bulanan dengan kategori tinggi sampai sangat tinggi.
4. Peningkatkan peran serta masyarakat di kawasan potensi kebakaran hutan lahan untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan terutama pada musim kemarau bulan Juni, Juli dan Agustus perlu ditingkatkan melalui edukasi bersama para pihak yang berkepentingan pada pengendalian kebakaran hutan dan lahan.
https://sains.kompas.com/read/2019/12/31/194226323/bagaimana-prediksi-iklim-tahun-2020-ini-kata-bmkg