Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Memahami Keracunan Makanan dari Kasus Bangkai Daging Kambing di NTT

KOMPAS.com - 12 warga desa Oebelo, kecamatan Amanuban Selatan, Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur mengalami keracunan usai mengonsumsi daging bangkai kambing.

Ada dua bangkai kambing yang dikonsumsi. Keduanya mati setelah mendapat suntikan obat viton.

Kasus keracunan makanan tak hanya terjadi kali ini saja.

Umumnya, keracunan makanan membuat seseorang mual, muntah, pusing, sakit perut, hingga mencret.

Menurut Mayo Clinic, keracunan makanan muncul karena seseorang mengonsumsi makanan yang terkontaminasi.

Organisme infeksi seperti bakteri, virus, atau parasit mengeluarkan toksin yang menyebabkan keracunan makanan.

Organisme infeksi dapat mencemari makanan di setiap proses pembuatan makanan. Mulai dari panen, penyimpanan, pengiriman dari petani atau peternak ke pasar, hingga proses memasak.

Inilah kenapa jika kita mengonsumsi makanan yang tidak bersih atau tidak dimasak dengan benar, maka sangat mungkin berpotensi keracunan makanan.

Gejala keracunan makanan seperti disebutkan di atas (mual, muntah, pusing, sakit perut, hingga mencret) muncul beberapa jam setelah mengonsumsi makanan terkontaminasi.

Keracunan makanan yang ringan dapat sembuh tanpa pengobatan, tapi yang berat harus melibatkan perawatan intensif.

Ada beberapa gejala keracunan tingkat berat yang harus mendapat bantuan medis, antara lain:

  • Muntah atau BAB berdarah
  • Diare selama lebih dari tiga hari
  • Nyeri atau kram perut hebat
  • Suhu badan lebih dari 38 derajat Celsius
  • Haus berlebih, mulut kering, tak buang air kecil
  • Muncul gejala neurologis seperti penglihatan kabur, otot lemah, dan kesemutan di lengan.

Yang rentan keracunan makanan

Seseorang dapat mengalami keracunan makanan, tergantung pada organisme, jumlah paparan, usia, dan kesehatan.

Berikut adalah kelompok yang rentan keracunan makanan:

  • Orang tua. Seiring bertambahnya usia, sistem kekebalan tubuh kurang dapat merespon organisme jahat seperti saat masih muda.
  • Ibu hamil. Selama hamil, perubahan metabolisme dan sirkulasi dapat meningkatkan risiko keracunan makanan.
  • Bayi dan anak kecil. Sistem kekebalan mereka belum sepenuhnya berkembang.
  • Pasien penyakit kronis, seperti diabetes, penyakit liver, AIDS, atau yang menjalani kemoterapi memiliki respons kekebalan tubuh yang kurang.

Kelompok di atas harus melakukan tindakan pencegahan ekstra dengan menghindari makanan berikut:

  • Daging dan unggas mentah, apalagi bangkai
  • Ikan atau kerang mentah atau setengah matang, termasuk tiram, kerang, kerang, dan kerang
  • Telur mentah atau kurang matang atau makanan yang mungkin mengandung mereka, seperti adonan kue dan es krim buatan sendiri
  • Kecambah mentah, kacang, semanggi, dan lobak
  • Jus dan sari buah apel yang tidak dipasteurisasi
  • Susu dan produk susu yang tidak dipasteurisasi
  • Keju lunak, seperti feta, Brie dan Camembert; keju berurat biru; dan keju yang tidak dipasteurisasi
  • Hot dog mentah

Pencegahan

Untuk mencegah keracunan makanan di rumah:

Keracunan makanan sangat serius dan berpotensi mengancam jiwa bagi anak-anak kecil, wanita hamil dan janin mereka, orang dewasa yang lebih tua, dan orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.

https://sains.kompas.com/read/2019/12/29/183200823/memahami-keracunan-makanan-dari-kasus-bangkai-daging-kambing-di-ntt

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke