KOMPAS.com - Pada musim hujan yang diikuti banjir seperti saat ini, beragam bakteri dan organisme jahat mudah sekali menyerang dan menyebabkan berbagai penyakit yang perlu diwaspadai. Salah satunya adalah diare.
Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan gejala encernya feses yang dikeluarkan dan frekuensi baung air besar yang lebih sering daripada biasanya.
Bakteri penyebab diare yang paling umum yaitu rotavirus, shigella, E.coli, cryptosporidium dan lain sebagainya.
Diare dianggap sebagai upaya tubuh untuk mengeluarkan racun (toksin) atau kuman yang ada di dalam tubuh.
Dari pemberitaan Kompas.com pada 12 April 2019, dikatakan oleh Dokter Umum dan Kepala Unit Emergency RS Pondok Indah, dr Felix Samuel, M.Kes, bahwa karena tidak nyaman, orang yang menderita diare biasa mengonsumsi loperamide untuk menghentikan diare. Namun, hal ini bisa berbahaya.
Loperamide bekerja dengan memperlambat gerakan usus sehingga frekuensi buang air besar berkurang.
Pada diare non spesifik, seperti diare yang disebabkan oleh alergi susu atau santan, mungkin hal ini tak akan menjadi masalah.
Namun pada kasus diare serius, seperti disentri, penggunaan loperamide malah bisa menyebabkan nyeri perut dan kembung, sementara diare tidak selesai dan akan berlanjut setelah efek loperamide hilang.
"Makanya yang harus kita obati bukan gejalanya, tetapi penyebabnya," ujar Felix.
Selain itu, diare akut atau gastroenteritis yang biasanya terjadi saat liburan sebetulnya bisa sembuh sendiri dalam tujuh hari bila disebabkan oleh virus.
Namun bila disebabkan oleh bakteri, penanganannya memang memerlukan antibiotik.
Jika terlalu sering mengalami muntah dan diare, dokter menganjurkan untuk minum elektrolit atau oralit. Selain yang utama ialah perbanyak minum air putih.
Cara membedakan penyebab diare
Felix pun menjelaskan cara membedakan bila diare disebabkan oleh virus atau bakteri. Penyakit yang ditandai dengan berak encer lebih dari tiga kali sehari pada umumnya, terutama pada anak-anak, disebabkan oleh virus.
Ketika disebabkan oleh virus, seperti rotavirus, umumnya frekuensinya lebih sering daripada yang disebabkan oleh bakteri.
Diare akibat virus juga sering disertai oleh demam tinggi. Selain itu, tinja bersifat asam sehingga dapat menimbulkan ruam pada pantat.
Sebaliknya, frekuensi diare akibat bakteri biasanya tidak sesering diare akibat virus, walaupun tetap lebih dari tiga kali sehari. Demam yang menyertainya juga tidak setinggi yang disebabkan oleh virus.
Namun, diare jenis ini biasanya juga dibarengi nyeri perut, dan pada kasus-kasus disentri, juga menimbulkan buang air besar berdarah.
Tatalaksana penanganan diare
1. Diperlukan rehidrasi atau fluid management, Anda bisa melakukannya dengan mengkonsumsi elektrolit atau oralit.
2. Paksa diri Anda untuk mengonsumsi makanan meskipun tidak nafsu sekalipun. Sebab, saat diare terjadi, tubuh memerlukan kalori.
3. Pada pasien anak-anak, perlu mengonsumsi seng atau zinc 10-20 mg setiap hari selama 14 hari untuk membantu meringankan diare.
4. Konsumsi antibiotik hanya diberikan bila diare yang Anda derita disebabkan oleh bakteri saja.
5. Apabila diare disertai penyulit, maka pasien harus segera dibawa ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Sumber: Kompas.com (Shierine Wangsa Wibawa)
https://sains.kompas.com/read/2019/12/28/170400823/waspada-diare-menyerang-saat-musim-hujan-begini-penanganannya-